Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lepaskan Gawai Jika Ingin Kegiatan Outing Bermanfaat Optimal

29 November 2022   13:52 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:11 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Kegiatan Outing Insan Perusahaan untuk Peningkatan Kinerja (Photo: Merza Gamal)

Banyak studi yang menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan di alam memiliki efek positif pada rentang perhatian dan kesejahteraan. Perusahaan yang memanfaatkan kekuatan alam dapat menciptakan tenaga kerja yang tangguh dan produktif untuk jangka Panjang, terhindar dari kecemasan dan kelelahan akibat rutinitas bekerja di kantor.

Sejak pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan telah terjadi peningkatan prevalensi kecemasan dan depresi global sebesar 25 persen.  Banyak orang merasakan terputus dari diri mereka sendiri, antara satu sama lain, dan juga sebagai bagian dari bumi dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. 

Banyak pekerja sangat ingin melepaskan diri dari komitmen kerja yang seakan tanpa akhir, karena batasan antara pekerjaan dan rumah telah kabur saat ini. Pada saat yang sama, para pekerja menemukan kegembiraan berada di alam terbuka, terutama selama masa pembatasan kegiatan (lock down).

Menciptakan peluang bagi individu dan tim untuk terhubung di alam dapat menjadi penangkal yang ampuh untuk jenis stres berkepanjangan yang meningkat di tempat kerja. Pada jaman belum ada gawai yang canggih serta sinyal yang bisa diakses sampai ke pelosok negeri, kegiatan outing dirasakan sangat bermanfaat ketika kegiatan terhubung dengan alam selesai. Manfaatnya terasa ketika para insan perusahaan kembali ke kantor.

Saat itu, ketika para peserta kembali dari retret mendapatkan perasaan yang diremajakan, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Dari beberapa studi, dilaporkan bahwa rasa keterhubungan, kekompakan, dan kinerja mereka berlanjut ketika mereka kembali ke kantor. Hasil studi ketika itu, juga memperlihatkan bahwa mereka merasakan kejelasan yang lebih besar dan perspektif yang diperluas.

Akan tetapi, hal yang sama, hasilnya berbeda dalam beberapa tahun belakangan, sebelum pandemi datang. Cara kerja saat ini yang semakin digital membutuhkan perhatian yang diarahkan secara terus-menerus. Otak manusia tidak dirancang untuk menangani berbagai saluran komunikasi yang dialami para pekerja setiap hari. Kondisi tersebut menyebabkan kelelahan dalam bekerja (burnout).

Menurut Kaplan, obat terbaik untuk meringankan beban otak adalah praktik yang disebut sebagai "perhatian yang tidak disengaja" atau "daya tarik lembut". Di mana saat itu kita mengalami rasa kagum yang menciptakan ruang untuk refleksi dan introspeksi. Dengan berada di alam mendorong fungsi otak yang kurang aktif, memungkinkan mengisi kembali kapasitas perhatian terarah kita. Perhatian yang terarah akan menjadi fokus pada proses tingkat tinggi, mendeteksi pola dan wawasan yang mungkin terlewatkan. (Sumber: Rachel Kaplan and Stephen Kaplan, "The Experience of Nature: A Psychological Perspective," New York, NY: Cambridge University Press, 1989.)

Menurut ilmu saraf, saat menggunakan perhatian terarah, termasuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau memperhatikan interupsi digital seperti teks, email, atau pemberitahuan aplikasi, otak kita memasuki apa yang disebut keadaan beta. Kondisi seperti itu disebut "pikiran yang sibuk dan aktif", yakni saat gelombang otak pada frekuensi tinggi (15 sampai 40 hertz, atau siklus per detik). (Sumber: Priyanka A. Abhang, Bharti W. Gawali, and Suresh C. Mehrotra, Introduction to EEG- and Speech-Based Emotion Recognition, London, UK: Academic Press, 2016.)

Saat berada di alam, terjadi sebaliknya, otak kita memancarkan gelombang alfa (delapan hingga 14 hertz), yang diaktifkan oleh sistem saraf parasimpatis. Kondisi tersebut akan menenangkan respons stres dan mengurangi tingkat kecemasan, memungkinkan otak memasuki suasana yang lebih rileks, jernih, dan kondisi kreatif. Gelombang otak alfa membantu mengaktifkan tingkat fokus, intuisi, dan pengambilan akal yang lebih besar.

Namun dengan adanya gawai, banyak acara outing kantor menjadi tidak sukses dan tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Saat ini, setelah pulang kegiatan outing, kondisi perubahaan yang diharapkan agar pekerja menjadi segar kembali tidak tercapai optimal. Penggunaan gawai selama acara lintas alam seperti berbicara, mengirim SMS/WA, atau mengambil foto dengan smartphone saat berada di alam secara signifikan mengurangi manfaat yang disampaikan sebelumnya.

Dalam studi tahun 2012, Strayer dan rekan-rekannya memantau aktivitas otak manusia menggunakan pembacaan elektroensefalogram (EEG) saat mereka berjalan di arboretum. Mereka yang menggunakan ponsel memiliki bacaan yang konsisten dengan kelebihan perhatian dan hanya dapat mengingat setengah dari apa yang mereka lihat di arboretum. (Sumber: Paul Atchley, Ruth Ann Atchley, and David L. Strayer, "Creativity in the wild: Improving creative reasoning through immersion in natural settings," PLoS One, December 2012, Volume 7, Number 12.) 

Dengan demikian, jika ingin mengoptimalkan dampak alam untuk mengisi kembali perhatian dan sumber daya kognitif para pekerja, maka tinggalkan ponsel di rumah saat melakukan  kegiatan lintas alam. Para peserta outing harus beralih ke periode aktivitas yang terfokus selama menjalani lintas alam.

Gawai menyebabkan terjadinya frekwensi yang tinggi dan melelahkan otak yang harus berpindah-pindah tugas  Aktivitas seperti itu akan menguras simpanan glukosa penting yang diperlukan untuk kinerja kognitif dan fisik.(Sumber: Daniel J. Levitin, The Organized Mind: Thinking Straight in the Age of Information Overload, New York, NY: Dutton, 2014.)

Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang optimal, matikan notifikasi digital dan blokir waktu di kalender gawai para pekerja untuk aktivitas yang terkonsentrasi. Cobalah untuk melepaskan diri dari pekerjaan selama program outing yang hanya berlangsung 2-3 hari. Pertimbangkan bagaimana terhubung dengan alam melalui indra para peserta tanpa kehadiran gawai.

Peserta benar-benar harus berkonsentrasi untuk bersenang-senang dan melakukan petualangan bebas ponsel yang akan menjadi kenangan seumur hidup. Sekali lagi, jangan membawa gawai meskipun untuk alasan memotret. Memang, mengambil foto adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan dalam setiap perjalanan, tetapi lebih baik melihat dunia dengan mata sendiri.

Kamera tele  atau pun kamera di gawai dapat memberikan pengaruh negatif dan positif pada program outing. Jangan biarkan pengambilan foto mengalihkan perhatian peserta outing dari sekadar menikmati pengalaman pemandangan, satwa liar, budaya, dan orang-orang selam outing. Mengambil foto dapat mengorbankan pengalaman perjalanan dengan semua indera peserta dan membuat kenangan tersendiri.

Perlu disadari, bahwa berapa banyak foto yang diambil peserta sendiri saat program outing yang mungkin benar-benar dinikmati atau dinikmati saat peserta tiba di rumah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun