Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-8)

29 November 2022   06:43 Diperbarui: 29 November 2022   06:57 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencoba mencocok-cocokan cerita Gustav yang dia dengar dari ibunya dengan cerita yang kudengar dari ibuku.

Menurut ibuku, Ayahku satu alamamater dengan ibu di Fakultas Kedokteran Heidelberg. Ibuku mulai kuliah tahun 1958, Ayah baru menyelesaikan kuliah dan sedang mengikuti internship untuk menjadi dokter. Ayah merupakan salah satu mentor Ibu saat kuliah. Dan ketika Ibu selesai kuliah, ibu ikut membantu penelitian-penelitian Ayah mengenai penyakit menular yang terjadi di Asia. Mereka menjalin hubungan cinta dan menikah pada akhir tahun 1964 di Heidelberg. Kemudian mereka pulang dan lahirlah aku di Jakarta pada tanggal 28 Januari 1965.

Dari dua cerita itu, dapat kutangkap Ayahku dan Ayah Gustav, menyelesaikan kuliah kedokteran menjelang tahun 1960. Ayahku dan Ayah Gustav sama-sama memperdalam ilmu penyakit dalam setelah menjadi dokter umum. Apakah Ayahku dan Ayah Gustav adalah orang yang sama? Jika sama, kemana bayi kembar yang dibawa Ayah Gustav? Sementara tahun kelahiranku dengan Gustav berbeda satu tahun, tapi anehnya bisa kami dilahirkan di tanggal yang sama?

Apakah ibu menyembunyikan sesuatu tentang diriku? Pertanyaan itu kembali muncul di benakku. Akan tetapi, dokumen yang pernah kulihat tentang aku dan ayahku berbeda dengan cerita Gustav. Ayah Gustav bernama Nicolaus Ehrlichmann, warganegara Jerman, sementara nama ayahku bernama Jatmiko Rachman warganegara Indonesia beragama Islam.

Apakah Ibu bersama Ayah mengadopsi anak koleganya di Fakultas Kedokteran yang bercerai dengan ibunya Gustav? Kemudian membawa anak itu ke Indonesia? Lalu mengganti identitas anak itu? Bukankah di Indonesia hal demikian rentan untuk dilakukan, hanya sekedar untuk mendapatkan dokumen identitas? Pikiran-pikiran buruk itu berkelebat dalam otakku.

Ah.. aku jadi pusing memikirkannya. Aku pun akhirnya banyak diam, bimbang dengan pikiran-pikiranku sendiri, antara menyakini cerita Ibu bahwa aku adalah anak kandungnya, dengan cerita-cerita Gustav dan perasaan-perasaanku yang semakin hari semakin dekat dengannya. Aku merasakan ada suara-suara hati jika kami adalah dua orang yang pernah berada dalam satu rahim seorang ibu.

Sesampai kembali di hotel, aku sampaikan kepada Gustav, aku mau sendiri malam ini. Sampai bertemu besok pagi untuk berangkat ke IFEU besok pagi, tempat aku magang proyek rehabilitasi lingkungan. Tampaknya, Gustav memaklumi perasaanku, dan tidak memaksa seperti kebiasaannya saat bersamaku sejak aku bersedia dianggap sebagai saudara kembarnya yang hilang.

Setelah turun dari mobil, aku langsung bergegas ke lift meninggalkan Gustav yang masih berbicara dengan supirnya. Pas pintu lift terbuka, kulihat Gustav mengejarku dan berkata agar tidak lupa menyiapkan segala sesuatu untuk besok malam, after office hour kami akan ke Stuttgart berakhir pekan di rumah Papa dan Mama...

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun