Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Gelembung Keuangan, Belajar dari Resesi Ekonomi Dunia 1998 (Bagian 2)

26 Oktober 2022   09:01 Diperbarui: 30 Oktober 2022   01:15 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi. (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Akibatnya, pasar saham menderita kejatuhan 50% dan pembayar pajak Korea mendapatkan surat hutang IMF sebanyak USD 57 milyar ditambah dengan bunga yang harus dibayar dalam valuta asing.

Dari pengalaman yang terjadi di Asia, mengajarkan, bahwa suatu kenyataan yang amat umum terjadi, yaitu kemampuan kapitalisme untuk menciptakan sebuah khayalan kemakmuran dengan jalan menciptakan demam spekulasi. 

Padahal yang terjadi sebenarnya, adalah sebuah kenyataan yang menggerogoti aktivitas yang benar-benar produktif.

Spekulasi uang di pasar saham dan peminjaman uang yang tidak bertanggungjawab oleh bank, membuat banyak pihak terhanyut dalam kehancuran gelembung-gelembung keuangan. 

Namun demikian, para pihak yang terlibat dalam lingkaran kapitalisme itu, tampaknya, tetap tidak mempan dan tidak paham terhadap perbedaan investasi produktif dengan investasi yang ekstratif. 

Investasi produktif adalah menggunakan tabungan untuk menambah dasar modal produktif di satu pihak, sementara investasi yang ekstraktif adalah menghasilkan uang dengan jalan spekulasi untuk mengajukan tuntutan kekayaan orang lain yang benar-benar ada.  

Terjadinya transaksi keuangan internasional yang lebih besar daripada harga keseluruhan ekonomi global pada dekade terakhir, mempunyai andil membuat ketidakpahaman para pihak yang terlibat dalam lingkaran kapitalisme uang tersebut. 

Volume perdagangan uang internasional meningkat delapan kali lipat dari dekade sebelumnya atau mencapai USD 1,5 milyar per hari. Akan tetapi, volume ekspor barang dan jasa global hanya USD 25 milyar per hari atau selama satu tahun hanya USD 6,6 trilyun.

Image: Belajar dari Resesi Ekonomi Dunia 1998 (by Merza Gamal)
Image: Belajar dari Resesi Ekonomi Dunia 1998 (by Merza Gamal)

Kondisi tersebut memperlihatkan, bahwa betapa mencoloknya perbedaan perdagangan riil dibandingkan dengan perdagangan asset-asset keuangan yang bersifat maya. 

Logika kapitalisme uang yang kurang memperdulikan tindakan-tindakan dalam membuat tambahan bersih kepada hasil produk dan jasa, mengakibatkan tidak satu sen pun investasi dalam menciptakan atau mempertinggi suatu asset yang produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun