Beberapa wawasan utama yang diperoleh dari survei tersebut adalah:
- Lima puluh persen pelanggan memprioritaskan makan sehat; 33 persen memprioritaskan keberlanjutan.
- Makan sehat berarti, pertama dan terutama, mengonsumsi lebih banyak produk segar dan lebih sedikit makanan olahan dan gula.
- Pandemi mendorong lebih dari separuh pelanggan berusia 18 tahun ke atas untuk membuat perubahan besar dalam kebiasaan makan mereka.
- Flexitarianisme menjadi diet paling populer.
- Sekitar 25 persen pelanggan makan lebih banyak produk nabati selama pandemi, tetapi sangat sedikit yang berencana untuk meninggalkan produk tradisional sepenuhnya.
- Sebagian besar pelanggan bingung tentang apa yang sehat dan berkelanjutan.
- Kurang dari sepertiga pelanggan puas dengan pilihan sehat yang tersedia di toko bahan makanan lokal mereka.
Komitmen pelanggan yang kuat untuk kesehatan yang baik mengemuka dalam survei tersebut, setidaknya 70 persen responden di seluruh pasar yang disurvei ingin lebih sehat.Â
Makanan sangat penting untuk mencapai tujuan sehat tersebut, dan sekitar 50 persen konsumen, di seluruh kelompok umur, mengatakan makan sehat adalah prioritas utama bagi mereka.Â
Bagi separuh pelanggan, makan sehat berarti mengurangi konsumsi makanan olahan dan gula, serta lemak, garam, dan, bagi sebagian orang, daging merah.
Pelanggan di Prancis, khususnya, berbicara tentang makan sehat, seperti yang sudah lama mereka lakukan.Â
Lebih dari separuh pelanggan di Prancis yang disurvei mengurangi lebih banyak bahan "tidak sehat" dari makanan mereka selama pandemi. Para pelanggan di negara lain mengikuti, tetapi lebih moderat .
Pelanggan yang lebih muda cenderung memiliki daftar bahan yang lebih panjang yang ingin mereka hindari.Â
Kelompok berusia 18 hingga 24 tahun, khususnya, memprioritaskan pengurangan konsumsi daging merah, susu, dan gluten. Akan tetapi, pelanggan yang lebih muda melaporkan alergi makanan dan intoleransi pada tingkat yang jauh lebih tinggi.
Pelanggan berusia 18 hingga 24 tahun di Prancis, Jerman, dan Inggris Raya, sekitar 30 persen melaporkan alergi atau intoleransi makanan. Sementara itu, di Amerika Serikat, angka tersebut naik menjadi 50 persen.Â
Sebagai perbandingan, kurang dari 20 persen dari mereka yang berusia 35 tahun atau lebih melaporkan alergi atau intoleransi makanan. Kebutuhan untuk mengelola masalah kesehatan ini mungkin berperan di sini.