Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mensyukuri Nikmat dan Keberkahan Hidup

23 September 2022   21:36 Diperbarui: 23 September 2022   21:39 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Kenikmatan bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat (by Merza Gamal)

Mengapa harta terasa kurang terus padahal kerja terus-terusan, penghasilan pun lumayan, bahkan sangat besar?

Mengapa hati lebih banyak resah, gelisah dan takutnya daripada tenang dan tenteramnya, padahal hiburan mudah didapatkan?

Mengapa hidup terasa sibuk sampai istirahat pun susah, ibadah pun sulit dijalankan, dan keluarga terabaikan, padahal jadwal dan target sudah diatur sedemikian rupa?

Boleh jadi, semua ini terjadi karena hilangnya keberkahan dalam hidup kita, dalam pekerjaan kita, dalam harta kita dan aktivitas harian kita. 

Jangan biarkan hari-hari kita diisi dengan ratapan keluh kesah, sumpah serapah, hujatan dan cacian.  Kita menganggap segala nikmatNya seolah merupakan hal biasa karena setiap kita bangun pagi dari lelap tidur dalam kenyamanan, dan baru hal tersebut terasa betapa sangat berharga di saat Allah, Sang Maha Pencipta telah mengambilnya dari kita.

Mari kita renungkan, ada orang di sekitar kita yang menunggu pagi, hanya untuk dicuci ginjalnya, dan ada yang tengah dirawat di ruang ICCU untuk bernafas dengan bantuan ventilator. Ada pula orang di sekitar kita yang menunggu pagi, hanya untuk mengambil dan menebus obatnya. Ada juga orang di sekitar kita di pagi hari menggigil karena tidak punya tempat berteduh. Bahkan ada juga orang di sekitar kita yang pagi harinya tidak mendapatkan apapun untuk dimakan.

Ingatlah, semua itu terjadi karena Allah mempergilirkan musibah dan nikmat, kesempitan dan kelapangan, kesedihan dan kegembiraan, kegagalan dan kesuksesan, kemiskinan dan kekayaan, kekalahan dan kemenangan dalam bioritme kehidupan kita.

Semua itu diberlakukan untuk mendinamisasi kehidupan, agar kita bisa belajar dari pengalaman hidup dan merasakan beragamnya keadaan. Dengan demikian, kita bisa menjadi pribadi yang matang, tangguh dan tegar di atas nilai-nilai kebenaran, bagaimanapun keadaannya.

Image: Mensyukuri Nikmat dan Keberkahan Hidup (by Merza Gamal)
Image: Mensyukuri Nikmat dan Keberkahan Hidup (by Merza Gamal)

Sesuai iradah (kehendak) Allah, pada saat gagal kita bisa mengetahui bagaimana rasa kegagalan dan bagaimana menyikapi kegagalan. Demikian pula saat mendapatkan kesuksesan, agar Allah dapat membedakan orang-orang yang beriman. 

Saat mendapat kekalahan, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran dan menunjukkan akhlak kita saat mendapat kekalahan. Saat mendapat kemenangan, kita bisa menunjukkan akhlak kita sebagai pemenang, di samping mendapat banyak pelajaran kehidupan.

Gagal dan sukses, kalah dan menang sudah menjadi iradah-Nya dalam kehidupan. Namun, yang paling penting tetap berada di jalur yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran agama baik saat kalah atau menang, saat gagal atau sukses.

Dengan demikian, semua keadaan yang kita alami menjadi kebaikan bagi kita. Hal itulah keunggulan yang membedakan kita sebagai dari orang yang menomorsatukan dunia, sedangkan akhirat dinomorduakan. 

Mereka mati-matian mengejar kenikmatan dunia.  sedangkan ridha Allah diabaikan. Kadar ketergantungan mereka kepada Allah pun semakin berkurang, semangat ibadah semakin melemah, ingatan akan mati dan kehidupan setelah mati pun semakin memudar.

Keadaan seperti mereka itu, dikatakan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Al-Fawa'id adalah, "Semakin cinta manusia terhadap dunia semakin malas dari ketaatan dan amal akhirat sesuai dengan kadarnya."

Apabila kondisi ini dibiarkan tanpa pengobatan dan perbaikan, niscaya akan berlakulah kepadanya apa yang disampaikan Rasulullah SAW, "Siapa menjadikan dunia sebagai ambisi terbesarnya, niscaya Allah akan cerai beraikan urusannya. Allah jadikan kefakiran di depan matanya, dan dia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baginya." (HR Ahmad)

Image: Kenikmatan bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat (by Merza Gamal)
Image: Kenikmatan bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat (by Merza Gamal)

Wallahua'lam bishowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun