Menurut Kajian Gallup, engagement karyawan mengalami langkah mundur selama kuartal kedua tahun 2022, dengan proporsi pekerja yang engaged (terlibat) tetap berada di 32%, tetapi proporsi yang non engaged (secara aktif tidak terlibat) meningkat menjadi 18%. Rasio karyawan yang engaged dan non engaded saat ini adalah 1,8 berbanding 1, terendah dalam hampir satu dekade.
Penurunan engagement dimulai pada paruh kedua tahun 2021 dan bersamaan dengan meningkatnya pengunduran diri masal selama Pandemi Covid-19. Penurunan engagement terbesar terjadi pada level Manajer.
Penurunan engagement karyawan terjadi terutama terkait dengan kejelasan harapan, kesempatan untuk belajar dan tumbuh, merasa diperhatikan, dan hubungan dengan misi atau tujuan organisasi yang menandakan semakin terputusnya hubungan antara karyawan dan majikan mereka.
Karyawan yang tidak terlibat secara aktif (non engaged) cenderung memiliki sebagian besar kebutuhan tempat kerja mereka tidak terpenuhi dan menyebarkan ketidakpuasan mereka. Mereka telah menjadi yang paling vokal di postingan TikTok yang telah menghasilkan jutaan tampilan dan komentar. Dan mereka telah mencari pekerjaan lain.
Dalam survei Gallup, ditemukan penurunan dalam engagement dan satisfaction (kepuasan) terhadap majikan di antara Gen Z dan milenium yang lebih muda yang berusia di bawah 35 tahun.
Kondisi tersebut merupakan perubahan yang signifikan dari tahun-tahun sebelum pandemi. Sejak pandemi, pekerja yang lebih muda merasa kurang diperhatikan dan kurang memiliki kesempatan untuk berkembang secara signifikan terutama dari manajer mereka.
Beberapa hasil survei Gallup menunjukkan keuntungan karyawan muda (Gen Z dan Millenium yang berumur di bawah 35 tahun) sebagian besar telah hilang, sebagaimana data di bawah ini:
- Persentase karyawan yang engaged di bawah usia 35 turun enam poin persentase dari 2019 hingga 2022. Dan pada saat yang sama, persentase karyawan yang tidak aktif secara aktif meningkat enam poin.
- Pekerja yang lebih muda telah kehilangan 10 poin atau lebih dalam persentase yang sangat setuju bahwa seseorang peduli pada mereka, seseorang mendorong perkembangan mereka, dan mereka memiliki kesempatan untuk belajar dan tumbuh.
- Pekerja muda yang sepenuhnya kerja dari rumah dan/ atau kerja secara hybrid turun 12 poin dalam persetujuan kuat bahwa seseorang mendorong perkembangan mereka.
- Dan hal yang mengkhawatirkan adalah kurang dari empat dari 10 karyawan muda yang bekerja jarak jauh atau hybrid yang dengan jelas mengetahui apa yang diharapkan dari mereka di tempat kerja.
Jelas bahwa berhenti secara diam-diam (quiet quitting) adalah gejala manajemen yang buruk. Lantas, bagaimana memecahkan krisis tersebut berhenti dengan tenang?
Hal pertama yang harus dilakukan oleh para eksekutif perusahaan adalah menangani keterlibatan manajer. Perlu disadari bahwa hanya satu dari tiga manajer yang engaged di tempat kerja saat ini. Kepemimpinan senior perlu melatih kembali manajer untuk menang di lingkungan hybrid baru.Â
Manajer harus belajar bagaimana melakukan percakapan untuk membantu karyawan mengurangi keterputusan dan kelelahan. Hanya manajer yang berada dalam posisinya yang dapat mengenal karyawan sebagai individu, terkait dengan situasi hidup, kekuatan, dan tujuan mereka.
Gallup menemukan bahwa persyaratan dan kebiasaan terbaik untuk dikembangkan bagi manajer yang sukses adalah melakukan satu percakapan yang bermakna per minggu dengan setiap anggota tim selama 15-30 menit.