Berdasarkan penelitian, dengan ROI (Return on Investment) humor akan memiliki dampak substantif pada banyak variabel dependen yang kita lihat dari perspektif bisnis. Misalnya, para pemimpin dengan selera humor atau rasa humor apa pun, bahkan selera humor yang tidak bagus, 27 persen lebih memotivasi dan menginspirasi daripada tidak ada humor sama sekali dalam bekerja. Insan perusahaan mereka 15 persen lebih terlibat ketika mereka bekerja dengan pemimpin yang humoris. Dan tim mereka dua kali lebih kreatif dibandingkan dengan meminta mereka memecahkan tantangan kreativitas.
Jika seorang pemimpin tidak peduli dengan motivasi, kekaguman, atau kreativitas, dia akan kaget jika mengetahui bahwa humor akan membuat lebih kaya. Salah satu studi favorit Jennifer Aaker dan Naomi Bagdonas yang menulis buku, "Humor, Seriously: Why Humor is a Secret Weapon in Business and Life" (Currency, 2021). menunjukkan bahwa jika seorang menambahkan kalimat sederhana dan ringan di akhir promosi penjualan, seperti "Ini adalah penawaran terakhir saya. Dan saya akan memasukkan katak peliharaan saya", maka konsumen lebih cenderung melakukannya. Lelucon yang buruk sekali pun bisa memberi harga 18 persen lebih tinggi.
Humor di tempat kerja bukanlah tentang menjadi lucu, tetapi adalah tentang menjadi manusia dan lebih terhubung dengan rekan kerja kita. Hal tersebut bukan tentang apa yang saya katakan dan apakah orang menganggap saya lucu; ini tentang bagaimana lelucon akan membuat orang merasa ketika itu mendarat di mereka. Masing-masing dari kita memiliki gaya humor kita sendiri. Pada dasarnya ada empat gaya humor, yaitu: stand-up, kekasih, penembak jitu, dan magnet. Masing-masing dari kita secara alami cenderung pada satu atau dua di antaranya, dan kita dapat melenturkan gaya kita berdasarkan konteks.
Tipologi menjelaskan risiko alami yang dirasakan atau dialami orang ketika mereka menggunakan humor di tempat kerja. Stand-up, misalnya, cenderung menggoda orang lain, hampir sebagai tanda bahwa "Aku menyukaimu." Tapi keterusterangan itu bisa melukai perasaan orang-orang dengan gaya humor yang berbeda. Kekasih mungkin lebih bersahaja dalam gaya humor mereka, tetapi mereka sering kali terlalu fokus untuk mengangkat orang lain sehingga mereka dapat mengindeks secara berlebihan pada penghinaan diri.
Pada tingkat status yang lebih tinggi dalam sebuah organisasi, sikap mencela diri sendiri adalah alat yang sangat ampuh. Namun pada level yang lebih rendah, justru bisa menjadi bumerang. Untuk menggunakan humor secara otentik di tempat kerja, Anda perlu memahami bukan hanya gaya humor Anda sendiri tetapi juga gaya tim Anda.
Sumber bacaan:
- McKinsey Shortlist publishing@email.mckinsey.com, 8 Juli 2022
- https://www.mckinsey.com/featured-insights/mckinsey-on-books/author-talks-somebody-tell-a-joke?
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H