Jika manajemen mikro hanya mengacu pada frekuensi interaksi, hanya 7% pekerja yang akan mengkhawatirkannya. Namun, di dunia kerja baru yang lebih kompleks, dinamis, dan berorientasi pada tim daripada sebelumnya, manajemen mikro muncul dengan cara yang berbeda. Pekerja jarak jauh dan para insan di tim yang sangat matriks mengalami manajemen mikro yang sangat berbeda dari pekerja garis depan, tetapi efek negatifnya sama.
Manajer mikro saat ini kemungkinan besar adalah seseorang yang menginginkannya dilakukan dengan cara mereka sendiri tetapi memberikan sedikit konteks, dukungan, bantuan, atau saran. Lebih mudah dari sebelumnya bagi seorang manajer untuk masuk ke dalam rantai email atau panggilan konferensi dan membuat tuntutan tanpa memiliki konteks penuh tentang apa yang terjadi.
Hal tersebut sebenarnya cukup menakutkan. Bayangkan apabila Anda adalah seorang insan perusahaan yang sedang mengerjakan presentasi untuk atasan Anda. Mereka mengatakan mereka menginginkannya pada akhir minggu. Untuk siapa? Berapa lama seharusnya? Format apa yang mereka sukai? Apakah gaya itu penting? Anda takut salah, tetapi manajer tidak tersedia dan tidak responsif sampai saat terakhir.
Dengan tergesa-gesa, mereka memeriksa pekerjaan Anda dan mulai membuat daftar semua yang salah dengannya. Tentu saja, Anda dapat menghindari semua ini dengan sedikit komunikasi. Akan tetapi, sekarang Anda sedang terburu-buru untuk memperbaiki "kesalahan Anda". (Atau, kemungkinan besar, presentasi dibatalkan beberapa hari yang lalu, dan Anda tidak pernah diberi tahu, membuang-buang waktu selama seminggu.)
Bos Anda mengatur mikro - memperbaiki kesalahan berdasarkan keinginan dan ego mereka yang aneh. Akan tetapi masalahnya bukan keterlibatan yang berlebihan selama proses. Permasalahannya adalah kurangnya kemitraan yang berkelanjutan. Hal itu menghasilkan ekspektasi yang membingungkan, waktu yang terbuang, stres dan rasa malu yang tidak perlu.
Manajer mikro saat ini kemungkinan besar adalah seseorang yang menginginkan pencapaian target dilakukan dengan cara mereka sendiri, tetapi memberikan sedikit konteks, dukungan, bantuan, atau saran. Dan, perilaku manjer mikro tersebut sudah sangat tidak relevan lagi dengan saat sekarang yang penuh dinamika dalam kompetisi yang semakin tinggi untuk memenangkan persaingan agar perusahaan bisa sustainable competitive advantage.
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H