Seperti semua program Generation, kurikulum dibentuk oleh lebih dari 50 mitra pemberi kerja organisasi dan mencakup panduan untuk mengembangkan kemampuan teknologi keras dan keterampilan lunak: perilaku dan pola pikir. Program ini dimulai dengan kamp pelatihan intensif selama tiga bulan khusus untuk peran teknologi diikuti dengan magang hingga enam bulan dengan sebuah perusahaan.
Sebagai contoh, seorang lulusan baru Generation Singapore, Syaffi, memiliki pengalaman satu dekade di bidang penerbitan ketika perusahaannya tutup karena pandemi. Dia menjelaskan mengapa dia memilih Generation daripada sejumlah program lain:Â
"Ini adalah pendekatan 360 derajat yang lebih dari sekadar mempelajari seluk beluk pengkodean; itu juga melatih Anda untuk berpikir seperti seorang pembuat kode, dengan dukungan dalam pencarian pekerjaan Anda yang tidak akan Anda temukan di tempat lain."
Setiap siswa bekerja dengan seorang mentor, menerima pelatihan dalam keterampilan wawancara dan menulis resume, dan berpartisipasi dalam acara jejaring perusahaan. Setelah delapan kali wawancara, Syaffi mendapatkan posisi sebagai pengembang di sebuah perusahaan konsultan.
Pelatihan teknologi ini intensif, menurut peserta. "Selama kamp pelatihan, Anda mempelajari dasar-dasarnya dengan beberapa ratus baris kode per halaman," jelas Kenneth, mantan manajer restoran yang baru saja lulus dari program sebagai full-stack developer junior.Â
"Tetapi dalam magang, ketika ada kesalahan, Anda menyaring beberapa ribu baris kode per halaman. Ini cukup mengintimidasi." Tantangan seperti itu menunjukkan mengapa pelatihan "soft skill" untuk mindset berkembang dan ketekunan sangat berharga. Â Keberhasilan Generation Singapore, membuat Thailand juga mendirikan Generation.
Program Generation telah membuktikan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk mengambil inisiatif dan menemukan jawaban merupakan hal yang intrinsik dalam bekerja di bidang teknologi. Dan untuk setidaknya satu lulusan program pertengahan karir, keterampilan baru ini dikombinasikan dengan pengalaman kerjanya yang panjang telah membuatnya sangat cocok untuk mengembangkan karir barunya.
Timothy, seorang spesialis cloud yang berusia lebih dari 40 tahun, sedang bekerja selama sebulan ketika manajernya memberi tahu dia tentang hal itu. "Pengalaman masa lalu Anda dengan orang-orang benar-benar membantu menjadi insinyur cloud," kata manajer itu. "Kamu menggambarkan dirimu lebih dewasa."
Sumber bacaan:
- New at McKinsey Blog, 25 Juni 2022;
- https://www.mckinsey.com/about-us/new-at-mckinsey-blog/reskilling-older-workers-for-new-careers-in-tech
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H