Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tantangan Gen Z Menjadi Agripreneur di Zaman Now

22 Juni 2022   15:25 Diperbarui: 22 Juni 2022   20:18 7180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Membangun jiwa agripreneurship dai jaman now (by Merza Gamal) 

Saat Kakek Merza masih kecil hingga remaja, dalam setiap pelajaran pasti disampaikan bahwa Indonesia adalah negara agraris dan nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut.

Namun, seiring berjalannya waktu, menjadi petani dan nelayan semakin ditinggalkan. Para orangtua menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi dengan cita-cita anaknya menjadi orang hebat. Sehingga, seolah-olah menjadi petani dan nelayan itu tidak hebat. Akibatnya banyak anak-anak mereka setelah tamat sekolah tidak mau menyentuh bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Mereka sangat bangga bekerja di Gedung tinggi dengan ruang kerja ber AC dan tak pernah menginjakkan kaki di tanah pertanian yang membesarkan dan telah membiayai sekolah mereka.

Bahkan, di sekolah Kakek Merza mengambil Pasca Sarjana, IPB, sedikit lulusan mereka yang berkecimpung di dunia pertanian. Banyak dari mereka menjadi banker sukses, ekonom sukses, dan sukses di segala bidang di luar pertanian, sehingga ada lelucon di antara lulusan IPB dengan menyebut IPB merupakan Institut Pleksibel Banget atau ada juga yang menyebutnya sebagai Institut Perbankan Bogor.

Akibat sedikitnya anak-anak petani yang bersekolah tinggi dan tidak balik lagi memajukan pertanian yang telah dirintis orangtua dan kakek-neneknya dulu, serta terjualnya sawah dan lahan pertanian menjadi Real Estate dan Kawasan Industri, maka pertanian pun diurus ala kadarnya oleh orang-orang yang masih tinggal di kampung dan tak mampu bersekolah tinggi.

Akhirnya, Indonesia yang dahulu mampu berswasembada pangan pun mengimpor hasil pertanian dari negara lain. Status Indonesia dari pengekspor di jaman old menjadi pengimpor di jaman now.

Namun, belakangan mulai muncul anak-anak muda dari Gen Y dan Gen Z yang berusaha membangun kembali sektor pertanian dengan menjadi agripreneur. Dengan menjadi agriprenur, para anak muda merasa bisa menumbuhkan jiwa sosial. Anak muda saat ini lebih suka bekerja dengan banyak orang alias bersosialisasi. Dengan demikian, dengan menjadi agripreneur, mereka bisa bekerja secara kelompok, grup dan mencari tantangan bersama dalam bisnis pertanian.

Di samping itu, dengan menjadi agriprenur, mereka bisa bermain langsung dengan Alam karena akan mengenal banyak kegiatan pertanian yang erat kaitannya dengan alam. Anak muda yang doyan berpetualang pasti akan tertarik mengexplor pertanian yang dekat sekali dengan alamnya. Dengan menjadi agriprenur, mereka bisa mengatur waktu dengan sendiri, sebagaimana banyak Gen Y dan Sebagian besar Gen Z tidak mau terikat waktu. Sebagai agripreneur mereka tak perlu dikejar deadline atau dimarahi atasan, cukup bekerja keras jika ingin berhasil dalam mewujudkan cita-cita, serta bisa mengatur sendiri dimana lokasi bertaninya.

Lantas, apa dan siapa sih sebenarnya agripreneur tersebut?

Agripreneur adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan (McClelland, 1961).

Agripreneur adalah seorang yang memiliki jiwa leadership dan seorang entrepreneur. Sementara itu, leadership adalah proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain/ kelompok untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2007). Leadership tidak sama dengan manajemen. Management lebih berkaitan dengan masalah administrasi, sementara leadership sangat berkaitan dengan Change & Transformation.

Seorang Leader, memiliki tiga karakter berikut yang sangat kuat, yakni: Vision (visi), Passion (gairah/semangat), Stubbornness (ketegasan). Dengan memiliki ketiga karakter tersebut, maka seorang agripreneur akan bisa menjadi seorang Good Leader, yakni seorang "PEOPLE CHAMPION".

Seorang agripreneur yang berperan sebagai pemimpin yang People Champion akan membawa orang-orang dalam timnya menuju pertumbuhan. Ada 4 (empat) peran yang dilakukan seorang people champion, yakni sebagai berikut:

  • Employee champion: menciptakan manusia yang kompeten dan berkomitmen;
  • Strategic partner: membantu perusahaan mengejar target-target bisnis;
  • Administrative expert: membangun praktek dan mekanisme yang efisien;
  • Change agent: menyediakan ruang untuk perubahan bagi individu & kultur organisasi.

Selain sebagai leader, seorang agripreneur sekaligus merupakan entrepreneur. Entrepreneurship adalah mencari, mengevaluasi, dan mengeksploitasi peluang-peluang untuk mencapai pertumbuhan perusahaan (Shane & Venkataraman, 2000), kemampuan melihat, mencari, dan menciptakan peluang untuk peningkatan kesejahteraan (Hitt et al, 2003).

Jadi agripreneur sebagai seorang entrepreneur merupakan orang-orang yang selalu mencari, menciptakan peluang (opportunity discovery and creation) dalam meningkatkan kesejahteraan.

Seorang agripreneur yang berhasil memiliki dimensi agripreneurship sebagai berikut:

  • Agresif, yaitu: Sikap atau respon agresif yang bertujuan utk meningkatkan posisi atau mengatasi ancaman di pasar yang kompetitif;
  • Proaktif, yaitu: Perspektif ke depan untuk menangkap peluang dalam mengantisipasi permintaan di masa mendatang;
  • Inovatif, yaitu: Kesediaan untuk memperkenalkan hal-hal baru melalui eksperimen dan proses kreatif yang bertujuan untuk mengembangkan produk, layanan, dan/atau proses baru;
  • Berani dengan Risiko Terukur, yaitu: Membuat keputusan dan mengambil tindakan secara terukur yang melibatkan komitmen sumber daya substansial dalam proses bertualang ke depan;
  • Otonom, yaitu: Aksi independen individu atau tim yang bertujuan untuk menelorkan sebuah konsep bisnis atau visi dan yang dilakukan individu atau tim tersebut hingga tuntas.

Image: Agripreneur sangat cocok bagi Gen Z yang suka kebebasan dan kerja keras (by Merza Gamal)
Image: Agripreneur sangat cocok bagi Gen Z yang suka kebebasan dan kerja keras (by Merza Gamal)

Dengan menjadi agriprenur, para anak muda Gen Y dan Gen Z bisa menciptakan lapangan kerja. Sektor pertanian akan berkembang dan menciptakan lapangan pekerjaan seperti sektor bisnis lain. Menjadi agriprenur akan mampu melambungkan nama baik bangsa di bidang ekpor. Anak-nak muda Gen Y dan Gen Z pun bisa mewujudkan cita-cita ini melalui kerja keras dengan cara menambah produksi sektor pertanian, serta bisa berbisnis dengan nyaman tanpa keterikatan waktu seperti bekerja kantoran dengan rutinitas yang kurang disukai oleh Gen Z sejati.

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun