Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Outsourcing dan Human Capital Islami

10 Juni 2022   13:39 Diperbarui: 10 Juni 2022   13:50 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Outsourcing dan Human Capital Islami (by Merza Gamal)

Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Peran SDM bagi sebuah perusahaan yang ingin berumur panjang merupakan suatu hal strategis. Oleh karena itu, menangani SDM yang handal harus dilakukan sebagai human capital karena manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi perusahaan.

Human capital, bukan dimaksudkan memposisikan manusia sebagai modal layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin. Human capital akan membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan) dalam rangka peningkatan mutu organisasi sebagi bagian pembangunan bangsa. Penanganan SDM sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik.

Islam sebagai sebuah way of life, mengajarkan dan mengatur bagaimana menempatkan SDM pada sebuah syirkah (perusahaan). Islam sangat peduli terhadap hukum perlindungan hak-hak dan kewajiban mutualistik antara pekerja (insan perusahaan) dengan yang mempekerjakan (organisasi perusahaan).

Etika kerja dalam Islam mengharuskan gaji dan bayaran berikut spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas dan telah disetujui pada saat adanya kesepakatan awal. Pembayaran atas pekerjaan dilakukan pada saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan. Para pekerja juga mempunyai kewajiban untuk mengerjakan pekerjaannya secara benar, effektif, dan effisien.

Al Quran sebagai pedoman hidup umat Islam mengakui adanya perbedaan upah di antara pekerja atas dasar kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan. Hal tersebut  dikemukakan  dalam  Surah Al Ahqaaf  ayat 19,  Surah   Al Najm ayat 39-41. Sangat menarik sekali apa yang disampaikan Surah Ali' Imran ayat 195, bahwa perempuan dengan laki-laki tidak dibedakan dalam tataran dan posisi yang sama, untuk masalah kerja dan upah yang mereka terima.

Melakukan tugas-tugas dan pekerjaan tanpa ada penyelewengan dan kelalaian, serta bekerja secara efisien dan penuh kompentensi, merupakan ajaran Islam. Bahkan, ketekunan dan ketabahan dalam bekerja dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai terhormat. Suatu pekerjaan kecil yang dilakukan secara konstan dan professional lebih baik dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan dengan cara musiman dan tidak professional.

Kompentensi dan kejujuran adalah dua sifat yang membuat seseorang dianggap sebagai pekerja unggulan sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Al Qashash ayat 26. Kepatutan dalam sebuah pekerjaan, menurut standar Al Quran didasarkan pada keahlian dan kompetensi seseorang dalam bidangnya. Hal tersebut merupakan hal penting, karena tanpa adanya kompentensi dan kejujuran, maka bisa dipastikan tidak akan lahir efisiensi dari seseorang. Dengan demikian, adalah sebuah kewajiban bagi manajemen perusahaan untuk menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensinya.

Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan, bahwa Islam mengajarkan SDM dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu capital bukan sebagai cost unit. Dengan demikian, penanganan SDM sebagai human capital, bukanlah sesuatu yang baru dalam aktivitas ekonomi Islami.

Konsep sumber daya manusia sebagai human capital pada sebuah korporasi merupakan suatu hal yang positif dan faktor strategis dalam semua kegiatan perusahaan. Namun, sering kali dalam kenyataan di lapangan, hanya menjadi istilah yang tidak sesuai dengan idealitas.

Dalam era ekonomi baru, pada sebagian pihak berkembang budaya yang menitikberatkan pada bottom line. Artinya, bahwa laba hari ini bukan laba jangka panjang, sehingga ketika menghadapi masalah, maka perusahaan perlu mengambil tindakan cepat dan menentukan.

Mempertahankan pekerja pada saat perusahaan bermasalah seperti kondisi krisis pandemi Covid-19 selama 2 tahun terakhir, dipandang sebagian pihak sebagai tindakan lemah hati dan rendah pikiran. Oleh karena itu, memiliki "pekerja tetap" dianggap merugikan dibandingkan dengan outsourcing, sehingga pekerja tidak lebih dari sebuah obyek sewa pelengkap produksi. 

Banyak korporasi yang telah melupakan visi dan misinya dalam kaitannya dengan kepentingan manusia yang memiliki rasa kesetiaan. Kesetiaan usaha, tampaknya sudah merupakan sebuah nilai dari era yang telah lewat. Hal tersebut dapat berarti, bahwa angka penduduk bekerja bisa berkurang lebih cepat begitu terjadi krisis. Akibat kesetiaan perusahaan kepada pekerja menurun, dan pekerja hanya sebagai obyek sewa (outsourcing) tidak heran keresahan pekerja terhadap kelangsungan pekerjaannya pun menjadi meningkat.

Tindakan memperlakukan insan perusahaan hanya sebagai obyek sewa merupakan pelemahan pembangunan loyalitas sumber daya manusia. Tindakan perusahaan yang demikian, tetapi ingin berbisnis jangka panjang dan bertahan dari masa ke masa, dapat menjadi boomerang di masa depan. Rendahnya loyalitas sumber daya manusia akan menyebabkan tingginya cost of employee turnover.

Sudah saatnya, korporasi dan para eksekutif perusahaan bisa memahami ajaran Islam tentang human capital dan tidak menjadikan pekerja hanya sebagai unit cost guna mencapai cita-cita mengembangkan pembangunan ekonomi bangsa yang mensejahterakan umat dan negeri tercinta.

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun