Ramadhan telah berlalu 2 pekan. Saat Ramadhan terasa ringan setelah sahur melangkahkan kaki ke masjid untuk melaksanakan ibadah sahalat subuh berjamaah. Di bulan Syawal, yang katanya fase peningkatan setelah menjalani training akbar di Ramadhan, apakah kita masih melakukan shalat subuh berjamaah ke masjid? Atau lebih nyaman meneruskan tidur kita yang lelap?
Suatu hari, Umar bin Khathab ra. merasa kehilangan (tidak menjumpai) Sulaiman bin Abi Hatsmah saat shalat Subuh. Lalu, Umar pergi ke pasar pagi-pagi, sementara tempat tinggal Sulaiman terletak antara masjid dan pasar. Saat itulah, Umar berjumpa dengan ibunda Sulaiman yang bernama Asy-Syifa'.
Umar pun bertanya kepadanya, "Aku tidak melihat Sulaiman saat shalat Subuh."
Ibunya Sulaiman menjawab, "Dia menghabiskan malam dengan mengerjakan shalat, lalu dia pun dikalahkan oleh kedua matanya (ketiduran saat datangnya waktu shalat Subuh)."
Maka, Umar bin Khathab berkata, "Sungguh, menghadiri shalat Subuh berjamaah lebih aku sukai dibandingkan aku mengerjakan shalat semalam suntuk." (Al-Muwaththa' Imam Malik, No. 432 dan Syu'abul Iman, Imam Al-Baihaqi, No. 2617).
Mengapa shalat Subuh berjamaah demikian penting, sehingga Umar bin Khathab lebih memilihnya daripada shalat Tahajud sepanjang malam?
Hal ini karena besarnya keutamaan yang Allah Ta'ala simpan dalam shalat Subuh berjamaah. Karena itu, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Beliau senantiasa menjaganya dengan sebaik-baik penjagaan dan meminta para sahabat agar pula memuliakannya.
Keutamaan dan keistimewaan shalat Subuh berjamaah sangat banyak, tiga di antaranya adalah sebagai beriku:
Pertama, shalat Subuh berjamaah nilai pahalanya sebanding dengan pahala shalat sepanjang malam.
Bangun dari tidur + menjawab panggilan adzan + shalat berjamaah bersama orang-orang beriman = pahala shalat sunnat (qiyamullail) sepanjang malam. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa melaksanakan shalat Isya berjamaah, maka seolah dia melaksanakan shalat separuh malam. Dan, siapa melaksanakan shalat Subuh berjamaah, maka seolah dia melaksanakan shalat semalaman penuh." (HR Muslim, No. 656)
Wasiat ini ditujukan kepada semua Muslim. Dan, para ulama berkata tentangnya, "Lakukanlah perbuatan yang ringan ditunaikan, akan tetapi pahalanya sangat besar di sisi Allah."
Kedua, shalat Subuh berjamaah mendatangkan jaminan dari Allah Ta'ala.
"Siapa menunaikan shalat Subuh, maka dia berada dalam jaminan Allah. Maka, janganlah menyakiti orang tersebut tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka Jahannam." (HR Muslim, No. 657)
Adakah sebaik-baik jaminan selain jaminan dari Allah, Raja Diraja, Zat Pemilik Semesta? Tidak ada! Jaminan-Nya pasti benar dan tidak mungkin mengecewakan. Dzimatullh adalah jaminan yang tidak ada seorang pun mampu untuk merusaknya.
Seorang Muslim yang menunaikan shalat Subuh berjamaah, dia senantiasa berada dalam jaminan dan perlindungan Allah Ta'ala: baik terkait diri, keluarga, agama, akal dan semua urusannya. Sehingga, dia merasakan ketenangan berada dalam lindungan-Nya.
Dia pun akan menjalani hari dengan langkah pasti dan jiwa yang tenang. Bagaimana tidak, dalam hatinya tidak ada lagi rasa khawatir terhadap siapapun, kecuali khawatir kalau Allah Ta'ala mencabut jaminan keamanaan itu darinya.
Ketiga, siapa menunaikan shalat Subuh berjamaah, dia akan mendapatkan cahaya pada hari Kiamat.
"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid-masjid, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat." (HR Abu Dawud, No. 561 dan At-Tirmidzi, No. 223)
Cahaya itu sesuai dengan kadar kegelapan. Maka, siapa memperbanyak berjalan ke masjid pada waktu gelapnya malam untuk menunaikan shalat, niscaya cahayanya akan terang benderang dan memancar luas pada hari Kiamat.
Dan, seorang Mukmin paham bahwa kadar kegelapan di dunia adalah harga bagi cahaya di akhirat. Berjalannya dia di kegelapan malam menuju masjid adalah pelita baginya pada hari Kiamat. Pelita inilah yang akan menerangi jalannya saat berada di atas titian (shirat) dan saat berjalan menuju surga.
Dengan demikian, walaupun Ramadhan telah berlalu, selagi kita mampu, jangan pernah melewatkan shalat subuh berjamaah di masjid.
Disarikan dari Shafaqtun Rbihah: Kaifa Tahjaz Maq'adan fil Jannah (Terjemahan: Bertransaksi dengan Allah), karya Dr. Khalid Ahmad Abu Syadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H