Ramadhan telah berlalu sepekan. Saat Ramadhan kita seolah-olah berlomba-lomba untuk membaca Al Quran hingga bisa khatam (menamatkan) beberapa kali. Namun seringkali, begitu Ramadhan pergi, semangat kita untuk membaca Al Quran juga ikut pergi.
Banyak penelitian ilmiah menyatakan bahwa membaca Al Quran berpengaruh positif bagi kesehatan tubuh seorang Muslim.
Dalam salah satu tulisannya, Dr. Luqman Santoso menyebutkan bahwa dalam susunan Al Quran terkandung sistem jaringan konsisten yang mencerminkan kesempurnaan struktur tubuh manusia.
Maka, agar bacaan Al Quran kita benar-benar berfungsi optimal (memberikan efek positif bagi kesehatan tubuh dan jiwa), cara membacanya sebaiknya dilakukan juz per juz bukan per surat.
Apabila Al Quran digambarkan sebagai satu kesatuan atau satu sistem bacaan, juz dengan demikian menjadi sub-sistem bacaannya. Sebab dalam setiap juz terdapat unsur surat, ayat, dan aneka simbol penanda yang relatif konsisten.
Ketika seseorang membaca Al Quran juz per juz secara rutin (konsisten), apa yang dilakukannya itu akan mampu menyembuhkan atau setidaknya meminimalisasi keparahan dari penyakit yang diderita (Fenomenologi Al Quran, Luqman Abdul Qahar, halaman 164).
Tentu saja, masalah keyakinan tidak boleh dilupakan. Apabila kita yakin bahwa Al Quran adalah sebaik-baik penyembuh, kemudian kita istiqamah membacanya sesuai kaidah-kaidah yang ditetapkan agama, kita akan merasakan bahwa setiap huruf, kata, dan kalimat dalam Al-Quran mengandung unsur penyembuh yang dahsyat, baik bagi penyakit lahir maupun batin.
Perpaduan antara cara membaca yang benar, istiqamah dan dilandasi mantapnya keyakinan akan keberkahan Al Quran, aktivitas tilawah tidak hanya mampu menghilangkan "sakit hati" tetapi juga mampu "sakit fisik".
Bacaan Al Quran tidak sekadar menyehatkan organ batiniyah, tetapi juga bisa menyehatkan organ lahiriyah, semisal jantung, otak, paru-paru, dan lainnya.
Maka, jangan heran apabila bacaan Al Quran bisa menjadi penawar bagi gangguan insomnia, stres, depresi, bahkan bau mulut, sekaligus menjadi peredam rasa nyeri.
Hal ini sesuai dengan penamaan Al Quran itu sendiri sebagai Asy-Syif' atau obat penawar (QS Al-Isr', 17:82): "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ..."
Sejumlah mufassir berpendapat bahwa kata syifa' mencakup dua hal, yaitu penyakit fisik dan penyakit non fisik. Artinya, Al Quran bisa digunakan sebagai obat fisik sekaligus non fisik.
Itulah mengapa, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Al Quran mampu menghilangkan beragam penyakit hati semisal kemunafikan, keraguan, kefasikan, kesombongan, riya, dan sejenisnya.
Namun, Al Quran pun mampu mengobati aneka penyakit fisik. Hal serupa disampaikan pula oleh para mufassir lainnya, semisal Ibnu Asyur, Fakruddin Ar-Razi, Imam Ath-Thabari, dan lainnya. (Energi Ilahi Tilawah, Subhan Nur, Lc., halaman 36).
Oleh karena itu, teruslah membaca Al Quran secara istiqomah (sustainable) meskipun Ramadhan telah berlalu. Mengajilah secara rutin sepanjang tahun agar kita sehat lahir dan batin.
Wallahua'lam bishowab.
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H