Lampu colok memiliki romansa tersendiri bagi masyarakat Melayu. Dari cerita turun temurun dikisahkan bahwa lampu colok dahulu merupakan sarana penerang jalan bagi masyarakat yang ingin membayar Fitrah tiap malam 27 Ramadan ke masjid atau ke rumah masyarakat yang menghimpun zakat fitrah (Pak Lebai).
Dalam rangka melestarikan budaya Lampu Colok dalam akhir Ramadhan dan menyambut perayaan Idul Fitri, maka sejak era 2000'an pemerintah daerah di beberapa Kabupaten dan Kota di Riau menyelenggarakan Festival Lampu Colok.
Masyarakat setiap kampung akan membuat Lampu Colok dari botol-botol bekas yang diisi minyak dan sumbu, kemudian disusun rapi menyerupai bentuk masjid. Sinar nyala api berbentuk ornamen-ornamen yang menyerupai masjid tersebut membuat seluruh mata tertuju dan takjub.
Festival Lampu Colok ini biasanya dipertandingkan antar Kecamatan. Festival lampu Colok merupakan khasanah warisan budaya tempo dulu yang bertahan hingga sekarang.Â
Dan Kini Festival Lampu Colok telah menjadi agenda wisata bagi beberapa daerah, seperti di Kota Pekanbaru, Dumai, dan Kabupaten Bengkalis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H