Memasuki halaman klenteng yang terletak di Jalan Perikanan, 10 Ulu, Palembang ini, disambut dengan aroma dupa (hio) wangi. Melangkah masuk ke dalam, terdapat altar dewa, mulai dari altar Dewi Maco Po atau penguasa laut (juga disebut sebagai dewi yang menguasai setan dan iblis) dan altar Dewi Kwan Im atau penolong orang yang menderita sudah tersusun secara berurut, dan berbagai altar lainnya.
Dari sekian banyak altar di klenteng tersebut, yang menarik adalah Ju Sin Kong, sang pelindung Kota Palembang yang diyakini beragama Islam juga dibuatkan altar. Ju Sin Kong menjalankan (sholat) lima waktu dan meninggal disini. Dia sangat baik kepada umat di sini. Karena itu, dibuatkan altar untuk mengingat kebaikan-kebaikannya.
Klenteng Chandara Nadi dikelola oleh Yayasan Dewi Pengasih Palembang, dan digunakan umat dari tiga agama dan kepercayaan untuk berdoa. Ketiga agama dan kepercayaan yang diakomodasi di klenteng ini adalah Buddha, Tao, dan Konghucu.Â
Sementara untuk mengakomodasikan ibadah warga yang beragama Islam, Yayasan Dewi Pengasih Palembang mendirikan Masjid Al Ghazali yang langsung berhadapan dengan Sungai Musi dan saat ini dari Masjid tersebut terlihat dengan jelas Jembatan Ampera.
Biasanya di malam perayaan Imlek, warga keturunan Tionghoa memiliki tradisi menyiapkan sesajian bagi para leluhur. Namun di Klenteng Dewi Kwan Im ada hal berbeda yang dilakukan, yakni, klenteng tidak menyajikan atau tidak mengizinkan sesaji darah babi.