Masjid Sultan Suriansyah didominasi oleh warna hijau dan memiliki kubah yang agak berbeda dengan kebanyakan masjid di Indonesia.Â
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Walaupun dipengaruhi oleh arsitektur Masjid Agung Demak, namun dengan sentuhan seni budaya khas Banjarmasin.
Bagian dalam Masjid Sultan Suriansyah dengan 12 tiang utama terbuat dari kayu ulin yang indah dan kokoh sepanjang masa, namun setelah masjid ini direnovasi pada tahun 1990, tiang asli yang bisa dipertahankan ada 4 tiang utama. Â
Dominasi warna hijau dan berbagai ukiran tradisional menghiasi bangunan hingga tampil artistik. Ada hal yang cukup menonjol, yaitu penggunaan geometri Islami dalam bentuk 'Islamic Pattern' berupa 'taprat'.Â
Tampilan khas dari 'taprat' yang banyak digunakan sebagai simbol pada berbagai benda Islami di seluruh dunia adalah dua buah segi empat yang bertumpang tindih ter-rotasi sebesar 45 derajat.Â
Bentuk geometri ini selalu diulang-ulang baik sebagai pembatas (border), karawang dinding, pintu atau jendela, pola lantai, pola plafond dan lain-lain. Hal-hal semacam itu teraktualisasi secara integral dalam tampilan arsitektur Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Teras belakang Masjid Sultan Suriansyah dengan lantai yang terbuat dari kayu ulin. Kayu ini dikenal sebagai kayu keras yang awet sepanjang masa.