Di kota Medan, ada jembatan tua nan cantik yang membentang di atas jalur kereta api dan terletak di dekat Vihara Setiabudi atau dikenal sebagai Kuan Te Kong. Jembatan itu dikenal sebagai Titi Gantung yang sudah ada sejak abad ke-18. Bentuknya berliku dan memiliki oranamen indah memukau.
Titi Gantung, selain memiliki nilai sejarah, arsitekturnya khas dan unik. Selayaknya tidak harus hilang ditelan masa sebagai bangunan bernilai sejarah. Titi Gantung yang semula diperuntukkan sebagai jalan lintas dan penyeberang jalan kaki, calon penumpang kereta api, mau pun pengunjung dan penonton berbagai kegiatan, antaranya "pasar malam" di Lapangan Merdeka.
Titi Gantung dibangun pada tahun 1885 yang berfungsi sebagai jembatan penyeberangan dari daerah Kesawan menuju jalan Jawa. Titi Gantung berfungsi sebagai alat penyeberangan dari Spur Straat (jalan stasiun kini) ke Quarantee Brod straat (Jalan Irian Barat kini).
Titi Gantung menjadi obyek yang menarik saat ini bagi traveller. Apalagi sejak berfungsinya Airport Railways System dari Stasiun Medan-Bandara Kuala Namu tahun 2014. Titi Gantung menjadi semakin menarik traveller karena terletak di dekat kelenteng.
Pada awalnya di bagian bawah Titi Gantung menjadi tempat kongkow para mener dan noni Belanda saat sore, lalu pada akhir 50an menjadi tempat penjualanan buku-buku bekas. Di samping itu, pada malam hari, beberapa orang Belanda sering juga bersantai menikmati suasana malam di jembatan ini sembari menghisap cerutu.
Pada masa kini, di malam hari kita dapat melihat Kereta Api yang lalu lalang sampai terparkir rapi di rel nya. Titi Gantung semakin malam semakin ramai. Sisi-sisi jembatan Titi Gantung memang unik dan mempesona traveller yang singgah ke kota Medan Ornamen-ornamen yang mengelilingi tubuh Titi Gantung melengkapi keunikan jembatan yang menyeberangi rel kereta Stasiun Besar Medan tersebut.