Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Setelah Kebutuhan Terpenuhi, Konsumsi untuk Pamer

12 November 2021   07:14 Diperbarui: 13 November 2021   13:45 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data di atas menunjukkan dengan jelas bahwa berapa banyak orang membelanjakan atau menabung ditentukan bukan oleh tingkat daya beli mereka, melainkan oleh posisi mereka pada skala pendapatan, pendapatan mereka dalam perbandingannya dengan pendapatan orang lain. 

Hal yang lebih mengesankan lagi tentang temuan ini adalah bahwa hal itu telah disampaikan oleh Thorstein Veblen (1899) dalam bukunya The Theory of the Leisure Class dengan istilah "conspicuous consumption" (konsumsi untuk pamer). 

Image: Ilustrasi olahan pribadi
Image: Ilustrasi olahan pribadi

Konsumsi untuk Pamer (Conspicuous Consumption)

Veblen memerhatikan bahwa pembelian barang dan jasa suatu individu berkaitan dengan kebiasaan orang untuk memamerkan bahwa dia memiliki uang sebanyak orang lain. 

Seseorang memiliki kepekaan kompetitif terhadap apa yang diperoleh dan dibelanjakan oleh orang di sekitarnya. Antara satu orang dengan orang lain tersebut mungkin berteman, tetapi mereka juga dipandang sebagai pesaing dalam hal status. 

Berbagai individu lebih berbahagia dan kurang stress saat pendapatan mereka meningkat bersama peningkatan ekonomi nasional. Orang yang lebih kaya biasanya lebih berbahagia daripada orang yang berada di urutan bawah skala pendapatan. 

Akan tetapi, mengingat psikologi manusia, euforia awal berupa peningkatan standar kehidupan itu tak lama kemudian pudar saat orang kaya baru itu menyesuaikan diri dengan status mereka yang lebih baik dalam kehidupan. 

Tingkat yang baru itu segera dianggap sebagai tingkat "normal". Peningkatan apapun dalam kepuasan manusia hanya bersifat sementara.

Seiring perubahan gaya perekonomian, yang meningkatkan konsumsi untuk pamer, membuat profesi pekerja yang selama ini sangat jarang menjadi debitur perbankan menjadi sasaran penyaluran kredit konsumtif bank-bank. 

Saat ini, jauh lebih banyak profesi pekerja yang menjadi debitur perbankan dibandingkan profesi pedagang ataupun pengusaha apalagi jika dibandingkan dengan profesi petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun