Apa yang sekarang kita ketahui adalah bahwa pikiran pemula ini bukanlah sifat kepribadian tetap atau keterampilan yang hanya tersedia untuk para master dalam ajaran Budha atau para sufi dalam ajaran Islam. Akan tetapi, hal tersebut adalah keterampilan yang dapat dipelajari untuk semua orang.
Kita dapat membangun milik kita melalui latihan yang disengaja. Jika para pemimpin melepaskan status "ahli" mereka, mereka dapat menavigasi situasi yang tidak pasti dengan mengumpulkan informasi dengan cara baru dan produktif.Â
Dengan mengubah pola pikir mereka untuk mendorong pembelajaran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap perubahan, para pemimpin dapat menunjukkan fleksibilitas untuk menemukan solusi.
Misalnya, para pemimpin C-suite di sebuah perusahaan multinasional berjuang dengan cara terbaik untuk mendukung insan perusahaan selama pandemi ketika tingkat kelelahan meningkat.Â
Sebagai praktisi dari "pola pikir ahli", CEO merasa dia seharusnya sudah mengetahui jawabannya dan tidak dapat menerima ketidakpastian seperti itu.
CEO dilatih untuk mendekati masalah dengan mencari perspektif yang berbeda-misalnya, dengan beralih ke anggota tim dengan latar belakang keperawatan, militer, dan paramedis, yang memiliki pengalaman menangani trauma.Â
Melakukan perjalanan seperti itu membutuhkan kesadaran akan pola pikir kegagalan kita, pemahaman ketika pola pikir yang ada tidak melayani kita, membuka diri terhadap hal lain yang mungkin benar, dan dengan sengaja beralih ke pola pikir baru yang dapat beradaptasi.
Kesadaran diri dan refleksi adalah komponen penting dari kemampuan beradaptasi. Cara untuk membangun kesadaran termasuk membuat daftar "menjadi"---yaitu, daftar nilai yang ingin kita wujudkan---dan menetapkan niat kita di pagi hari, menjelang hari yang sibuk, atau di tempat kerja ketika segala sesuatunya menjadi menantang.
Merefleksikan di penghujung hari tentang saat-saat sulit juga membantu membangun "pola pikir pembuka kunci" yang dapat disesuaikan untuk masa depan.Â
Masalah utamanya bukanlah bahwa kita mengalami kecemasan atau ketidakpastian---yang akan sering terjadi---melainkan apakah kita merespons tekanan-tekanan itu dengan cara yang membuat kita melakukan lebih banyak hal yang sama daripada belajar dan berubah.
Dengan membangun pola pikir adaptif, kita akan lebih mudah melakukan adaptasi dalam menghadapi tekanan yang datang seperti bertubi-tubi dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19 yang seakan-akan tidak pernah berakhir,