Penyebab lain yang dapat merusak upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk gagal adalah ketidakpastian. Menerapkan pedoman dan proses---dan mengomunikasikannya dengan jelas---membantu mengurangi ketidakpastian, yang pada gilirannya memberi orang kepercayaan diri yang lebih besar untuk bertindak.Â
Memastikan adanya kejelasan peran dan tanggung jawab, misalnya, sangat penting untuk menghindari ketidakpastian yang menyakitkan dan membuang-buang waktu.
Akses informasi juga memiliki pengaruh penting dalam mengurangi ketidakpastian. Misalnya dengan melengkapi insan yang bertugas pada call center dengan analisis real-time pada profil akun, atau data tentang penggunaan dan profitabilitas, memberdayakan mereka untuk mengubah penawaran secara real time karena mereka memiliki informasi untuk mengukur keputusan mereka.Â
Di industri ritel dan perhotelan, perusahaan memberikan informasi kepada insan front liner seperti riwayat pembelian sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalah pelanggan di tempat, tanpa harus meneruskannya ke manajemen.
Wawasan akan memberikan kepercayaan diri kepada insan perusahaan untuk terus maju dengan solusi yang lebih mutakhir karena mereka tahu bahwa mereka dapat melihat hampir secara real time apa yang berhasil, sementara kegagalan dapat dideteksi dengan cepat dan melakukannya dengan relatif murah.
Perusahaan harus mampu melakukan upaya untuk menghilangkan stigma kegagalan dan menyadari bahwa ketika insan perusahaan merasa dapat mengambil risiko tanpa dipermalukan atau dikritik karena kegagalan, dan mereka akan berkinerja lebih baik. Â
Dari bahasan di atas, beberapa hal berikut dapat menjadi perhatian untuk menghilangkan stigma kegagalan dengan mitigasi risiko sebagai berikut:
- CEO memiliki peran kunci dalam menciptakan lingkungan di mana insan perusahaan mengerti bahwa mereka tidak akan dihukum karena gagal.
- Corporate culture yang menerima kegagalan mendorong pengambilan keputusan yang cepat.
- Mengurangi ketidakpastian dan menyediakan akses ke informasi yang baik memberi insan perusahaan kepercayaan diri untuk membuat lebih banyak keputusan mereka sendiri.
- Otomatisasi dan analitik telah maju ke titik di mana "gagal cepat" adalah opsi nyata untuk kasus tertentu, terutama pengujian.
- Kegagalan hanya dapat diterima jika eksekutif dan insan perusahaan lainnya belajar dari kegagalan tersebut dan bertindak berdasarkan apa yang mereka pelajari.
Kunci kesuksesan hal-hal tersebut di atas adalah kemampuan CEO dan untuk menyelidiki elemen culture yang membuat munculnya kekhawatiran. Ketika insan perusahaan tidak memiliki rasa kepemilikan atau akuntabilitas pribadi yang kuat, hal itu menunjukkan bahwa perusahaan belum memiliki risk culture.Â
Jika insan perusahaan tidak memiliki standar dan nilai profesional yang kuat, atau mereka merasa tidak berdaya, hal itu merupakan tanda bahwa ada yang segera perlu diselidiki dan diperbaiki.
Penulis,
Merza Gamal