Ketika masa pandemi Covid-19 berakhir, akan ada tiga pilihan dalam bekerja, yakni: kembali ke kantor, sepenuhnya dari rumah, atau secara hybrid.
Namun pada kenyataannya, "hybrid" bukanlah kategori yang jelas, sebagaimana yang diinginkan insan perusahaan di Amerika ke depan dalam survei terbaru Gallup pada bulan Maret 2021. Sekitar setengah dari mereka lebih suka bekerja secara eksklusif di kantor atau secara eksklusif dari rumah, dan sisanya menginginkan sesuatu di antaranya (hybrid).
Namun demikian, bagi insan perusahaan yang menginginkan bekerja secara hybrid, tidak ada konsensus yang jelas tentang apa arti "hybrid" tersebut. Bagi sebagian insan, hal itu berarti akan bekerja hampir sepanjang waktu di rumah, sementara bagi yang lain, hanya sesekali.
Kesimpulannya adalah bahwa hal tersebut bukan waktunya untuk menjalankan "praktik terbaik" generik untuk pengaturan kerja hybrid atau model hybrid arus utama. Kesalahan terbesar yang dapat dilakukan para eksekutif perusahaan saat menyusun strategi kerja hybrid adalah memilih pendekatan standar.
Bahkan perusahaan paling progresif dan inovatif pun belum sepenuhnya menemukan apa yang berhasil. Dan kemungkinan besar kesuksesan akan ditentukan oleh industri unik, demografi, kumpulan bakat, budaya, dan harapan pelanggan dari organisasi unik Anda.
Hal terbaik yang dapat dilakukan para eksekutif perusahaan saat ini adalah dengan mempertimbangkan kebutuhan organisasi. Pertimbangkan dua pendekatan berikut untuk pekerjaan hibrida yang sangat berbeda, tetapi keduanya berhasil.
Bagi organisasi yang memiliki sejarah dan budaya standar dan dokumentasi yang kaku, pendekatan bekerja secara hybrid harus benar-benar hitam dan putih -- tidak ada area abu-abu.Â
Dengan demikian, perusahaan membuat dokumen tebal yang menjelaskan secara rinci aturan dan proses mereka untuk pekerjaan hybrid. Hal tersebut masuk akal bagi insan perusahaan mereka karena cocok dengan cara mereka melakukan sesuatu.
Sebaliknya, organisasi lain mendefinisikan kebijakan kerja dari rumah sebagai "Bekerja dengan Tepat", bukan merupakan kejutan total bagi insan perusahaan mereka karena cocok dengan pengalaman mereka.Â
Kebijakan fleksibel seperti ini memberdayakan manajer untuk melakukan percakapan berkelanjutan tentang peran, tanggung jawab, tim, kepribadian, dan kehidupan setiap insan perusahaan.