Kedua pendekatan untuk pekerjaan hybrid ini efektif karena disesuaikan dengan organisasi dengan cara yang berarti bagi para insan perusahaan mereka.
Kesalahan terbesar yang dapat dilakukan para eksekutif perusahaan saat menyusun strategi kerja hybrid adalah memilih pendekatan standar.
Kesalahan lain yang dilakukan beberapa eksekutif perusahaan adalah mengikuti insting mereka secara membabi buta pada pekerjaan hybrid. Hal tersebut bermasalah karena eksekutif perusahaan berisiko melepaskan insan perusahaan jika mereka menerapkan rencana yang tidak diinginkan insan perusahaan.Â
Sementara para eksekutif perusahaan tidak dapat berharap untuk memuaskan semua orang, mereka akan tampak tidak berhubungan dengan kebutuhan insan perusahaan ka mereka tidak memahami dan mengatasi kekhawatiran dan harapan bersama.
Eksekutif perusahaan perlu memiliki posisi mendengarkan yang jelas, seperti survei denyut nadi, untuk mendapatkan perspektif insan perusahaan tentang kembali ke kantor.Â
Saluran umpan balik yang tepat akan memberi tahu eksekutif perusahaan apa yang diinginkan insan perusahaan, apa yang mereka butuhkan, dan ketakutan terbesar mereka. Survei itu sendiri bukanlah untuk menyelesaikan masalah, namun survei akan mendorong jenis percakapan yang tepat.
Meskipun mungkin terasa memuaskan untuk sekadar memilih tanggal di kalender dan berkata, "Semua orang kembali bekerja pada hari ini," para eksekutif perusahaan memiliki banyak faktor untuk dipertimbangkan. Misalnya, perbedaan geografi dan tanggung jawab pekerjaan dapat memengaruhi bagaimana, kapan, dan mengapa insan perusahaan kembali bekerja di kantor.Â
Selain itu, banyak organisasi kembali ke ekonomi dan pasar yang berubah secara signifikan. Hal tersebut kemungkinan akan menyebabkan banyak hambatan, jeda, dan awal yang salah di sepanjang jalan.
Ekskutif perusahaan terbaik merangkul pendekatan eksperimental dan adaptif. Tempat kerja mungkin tidak tahu selama 12 hingga 24 bulan seperti apa bentuk atau artinya "kembali bekerja" -- dan eksekutif perusahaan harus berkomitmen untuk belajar dan berkembang guna memenuhi kebutuhan insan perusahaan.Â
Dengan demikian, eksekutif perusahaan harus mengomunikasikan kepada insan perusahaann bahwa mereka terlibat dalam hal ini bersama-sama -- dan bahwa perubahan saat ini mungkin tidak permanen. Para pemimpin yang menyampaikan pesan yang tulus dan jujur ini membuktikan bahwa mereka memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan terbaik insan perusahaan.
Salah satu perubahan terbesar di tempat kerja pascapandemi adalah kebutuhan bagi pemberi kerja untuk membenarkan manfaat dari pekerjaan tatap muka, atau disebit sebagai "proposisi nilai tempat kerja".Â