Mohon tunggu...
Mery Sitorus
Mery Sitorus Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Suka membaca komik dan artikel ringan . Dan aku ini wanita loh..karna Bondol sering di kira cowok ...🤭

Selanjutnya

Tutup

Nature

Petani Mileneal, One of Power Indonesia

8 November 2021   16:33 Diperbarui: 8 November 2021   16:53 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa yang terpikir bila mendengar kata " Petani " ,pasti yang terpikir adalah Cangkul ,kegiatan tanam menanam nya dan penghasilan yang minim bukan ?..

Ya itu lah mengapa generasi muda sekarang ini enggan menjadi Petani dan lebih interest menjadi PNS dan pekerja kantoran .

Padahal Di jaman digitalisasi dan teknologi sekarang ini ,banyak pekerjaan yang di mudahkan termasuk Petani . 

Memang menjadi Petani itu harus memiliki tekad yang kuat dan pantang menyerah baik itu hasil pekerjaannya maupun Pundi pundi uang nya , 

mengingat menjadi petani itu memiliki banyak kendala kendala nya, baik itu kendala iklim , kendala pupuk ,kendala harga dan kendala market / target pemasaran nya.. 

Kita akan membahas beberapa kendala yang di sebutkan tadi dan membahas solusi nya.

1.Kendala Pupuk : solusi nya dengan memilih pupuk yang alami dan murah , yaitu pupuk dari sampah organik dari dapur kita sendiri .

2. Kendala Iklim : Nah kalau iklim itu tidak bisa di ubah ,tapi solusi yang bisa di buat adalah dengan membuat saung pondok atau pondok yang atap nya bisa buka tutup ,jadi pada saat cuaca hujan yang ekstrim,hasil pertanian nya tetap terlindungi. 

3. Kendala Harga : Harga gabah biasa nya akan turun bila semua petani beras sedang panen raya , bukan. Solusi nya adalah dengan "Atur Jadwal dari penanaman pertanian nya "  , 

contoh bila di daerah A menanam padi di bulan Januari ,maka daerah B dapat menanam di bulan  februari atau Maret ,sehingga Masa panen raya nya tidak bersamaan yang mengakibatkan harga dasar gabah nya menurun.

Ya,  Atur Schedule (jadwal penanaman ) juga bisa di lakukan untuk petani lain nya ,kecuali petani buah musiman .

4. Kendala Market : Nah ini yang paling penting karna menyangkut pundi pundi uang yang akan di dapatkan petani.

Dulu ,para petani biasanya  menjual hasil pertanian nya ke tengkulak dengan sistem ijon sehingga membuat minim pendapatan dan itu yang selalu menjadi polemik nya , 

solusinya sekarang ini adalah dengan mengunakan Sistem digitalisasi , penjualan hasil pertanian bisa di push ,bahkan bisa langsung ke konsumen nya langsung dengan market place yang tersedia seperti Shoppe , Bukalapak ,Gojek, Tokopedia dan market place lain nya ataupun Swalayan offline. 

Ada banyak contoh petani petani mileneal mendapatkan profit yang banyak, dengan menggunakan Sistem Digitalisasi , contoh nya : 

  • Sandi Octa Susila yang mendapat 500-800 Juta/ bulan dan memiliki beberapa karyawan dan menjadi Duta Petani Mileneal ( di lansir dari berita petani digital )

  • Galih Andika Saputra usia 28 Tahun ,Petani Bawang bahkan bisa memilih orang yang akan membeli bawang nya dengan harga mahal dengan tekhnologi dan bisa mengantongi 100 juta (dilansir dari berita Okezone 15 September 2021 )

  • Dan Maisa (penyandang autisme ) ,petani asal Ciganjur yang di bantu orang tua nya berhasil menjadi petani mileneal. ( Dilansir berita Republika ).

Ya ,itu beberapa petani petani mileneal yang sukses dan terus berjuang sebagai petani mileneal sampai sekarang.

 

Dan sekarang ini ada banyak juga Petani petani Indonesia yang mengekspor hasil pertanian nya sampai ke luar negri seperti Kopi ,beras dan rempah rempah lain nya..

Lalu bagaimana dengan Anda , apakah anda tertarik Menjadi Petani ?. kalau bukan di mulai dari generasi muda kita sekarang ,siapa lagi ?.. Apakah kita mengandalkan impor , tentu tidak bukan...Indonesia terkenal memiliki tanah yang subur ,jadi gunakan lah itu. 

Kalau saya akan jawab ,iya ,saya mau menjadi petani . Hanya saja konsep pertanian saya itu hanya untuk saya nanti nya , tunggu tanggal main nya....

Semoga dengan artikel ini bisa memberikan spirit kepada pembaca. Terima kasih ,dan salam penulis Mery Sitorus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun