Pagi ini langit gelap, mendung berarak. Benar-benar mewakili perasaanku. Alam seakan merespon kekacauan yang sedang berkecamuk dalam pikiranku hingga hendak memuntahkan hujannya melalui kedua mataku.
Aku berharap pagi ini tak turun hujan, karena hujan akan membuat semuanya akan semakin sulit. Tak bisa kubayangkan tubuhku menggigil bak anak kelinci tercebur kedalam parit.
Enough ! Enough ! Enough !
aku harus memikirkan hal lain. Perutku mulai lapar, energi yang kukeluarkan kelewat banyak.
Aku harus makan!! Perutku lapar !!
Tanpa kusadari kakiku berbelok melangkah memasuki sebuah rumah makan mewah. Ya rumah makan KOMPASIANA.
Rumah makan ini tak asing bagiku. Tidak jarang aku hanya berdiri tertegun sekedar memandanginya dari luar tanpa berani memasukinya. Maklum pencernaanku belum cukup kuat mencerna makanan selain singkong, jagung dan hasil panen daerahku yang terkenal dengan keorganikannya.
Langkah kakiku semakin masuk ke dalam hiruk pikuk ruangan itu
“Mit Mit Mit Demit… Lu sebelah sono Mit..!! Di samping Selsa.
Heri Pekah sebelah situ.
Arke dan Kong Agil dibelakang aja dari pada bongsor badannya nutupi yang lainnya.