"Kalau dalam Islam haram hukumnya." Celetuknya.
"Bli tahu itu. Tetapi kalangan sufi mengakui Tuhan berpribadi. Kalau boleh bli tanya, saat Diajeng sembahyang memikirkan apa? Jawab dengan jujur ya!"
Rina terdiam, lama tak menjawab. Mungkin masih berpikir menjawabnya.
"Kata orang, saat sembahyang pikirannya khusuk. Tetapi aku tak tahu bagaimana khusuk itu. Ada juga yang bilang pikirannya kosong. Jujur saja, kalau aku kadang pikiran dialihkan ke jemuran. Hahaha."
"Hihihi... bikin tertawa aja. Disitulah jawabannya. Tuhan dibuatkan arca dengan tujuan memudahkan pikiran untuk berkonsentrasi, meditasi. Bahkan dalam meditasi itu kita disarankan memvisualisasikan Tuhan ke dalam wujud cahaya. Orang-orang tertentu bahkan mampu memasuki pikiran tak sadar dengan cara itu, hilang kesadaran."
"Mulai paham sedikit, tetapi masih bingung. Karena dalam ajaran Islam benda-benda seperti batu, kayu, bisa dihuni jin, setan, iblis."
"Betul.. dalam ajaran Hindu pun begitu. Kayu ataupun emas, perunggu, yang mau dijadikan arca harus melalui proses penyucian, disakralisasi. Kalau pelinggih untuk dewa juga ditambah mendem pedagingan. Kalau tidak begitu, maka palinggih tersebut palinggih bhuta kala: iblis."
"Berarti esensinya sama saja kalau begitu."
"Ya begitulah.. coba diajeng renungkan! Kenapa Tuhan disebut Allah?"
"Ya karena memang begitu disebutkan dalam Al-Quran."
"Maksud pertanyaan bli begini: Tuhan yang maha gaib, tak terpikirkan, tak terbatas, sedangkan kemampuan manusia terbatas. Dengan kata lain, para bijak melalui pengetahuan rohaninya Tuhan dijabarkan dengan berbagai perwujudan, sifat ataupun nama, supaya kita mampu memahami Yang Tak Terbatas. Seandainya Tuhan tak diberi nama, bagaimana kita memuja-Nya?"