Ada beberapa sahabat yang bercerita bahwa dia sering mimpi tetapi tidak diingat apa yang dimimpikan. Kecenderungan hanya ingat pada bagian akhir kronologi mimpinya. Ada pula yang bercerita bahwa dia semakin sering mimpi atau semakin ingat pada mimpinya setelah rajin sembahyang. Hal itu menimbulkan berbagai pertanyaan, lalu mencoba melakukan pengamatan, karena saya sendiri pernah mengalami lupa dengan mimpi pada saat tertentu saja.
Sebenarnya setiap orang sering bermimpi dalam setiap tidurnya, akan tetapi sebagian orang tidak bisa mengakses peristiwa mimpi melalui pikiran alam bawah sadar ataupun pikiran tak sadar (causal mind).
Menurut Andreas Prasadja, dokter spesialis kesehatan tidur, sebagaimana dikutip dari CNN (2015), bahwa manusia bermimpi empat sampai enam kali setiap malam setiap tidur. Namun, tidak setiap orang ingat dengan mimpi yang datang dalam tidurnya.
Menurut Irawan sebagaimana dikutip dari Kompasiana, Â sebenarnya kita bermimpi secara konstan dengan durasi yang berbeda-beda selama tidur. Hanya pada fase REM kita menjadi lebih peka terhadap mimpi dan lebih mudah mengingatnya, jadi jika kita tidak mengingat mimpi, bukan berarti mimpi tersebut tidak terjadi.
Berdasarkan penelitian para ahli, seperti dilansir boldsky, ada beberapa fakta soal melupakan mimpi yang baru saja dialami, seperti berkedip saat bermimpi, mimpi terjadi saat tertidur nyenyak, kualitas tidur kurang baik. Pada orang yang melupakan mimpi biasanya disebabkan karena pusat pemrosesan informasi di otak benar-benar beristirahat dan tidak bisa menyimpan memori baru.
Menurut penelitian yang dipimpin oleh Perrine Ruby dari Lyon Neuroscience Research Center di Prancis, sebagaimana dikutip dari majalah online, menemukan bahwa orang yang mampu mengingat mimpi memiliki otak yang lebih aktif dibandingkan orang yang tak bisa atau sulit mengingat mimpinya. Ketika tertidur dan bangun, orang yang bisa mengingat mimpinya memiliki aktivitas otak yang lebih banyak pada bagian prefrontal cortex dan temporo-parietal junction. Kedua bagian itu berkaitan dengan fungsi proses informasi berdasarkan release dari French National Institute of Health and Medical Research (INSERM). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti yang sama juga menemukan bahwa orang yang mudah mengingat mimpinya mengalami masa yang lemah pada malam hari, sehingga otak mereka lebih reaktif terhadap suara ketika mereka tidur dan terbangun, dibandingkan dengan orang yang sulit mengingat mimpi. Otak yang lebih aktif juga membuat mereka lebih mudah terbangun saat tidur sehingga kemampuan mereka untuk menyimpan mimpi lebih tinggi daripada mereka yang tak mudah terbangun saat tidur. Peneliti menjelaskan bahwa otak yang tidur dan tidak menunjukkan keaktifan lebih sulit untuk menyimpan informasi. Otak harus terbangun untuk melakukannya. Peneliti juga menemukan bahwa orang yang mudah mengingat mimpi cenderung memiliki lebih banyak mimpi dibandingkan orang yang kesulitan mengingat mimpi.
Meski para ilmuwan telah mencoba untuk memecahkan misteri tentang mengapa kita cenderung melupakan mimpi, namun belum ada hasil ataupun kesimpulan yang substansial, dengan kata lain masih menjadi misteri.
Pada dasarnya mimpi tak ubahnya seperti peristiwa atau kejadian-kejadian yang kita alami di dalam dunia nyata, Â hanya saja peristiwa dalam mimpi merupakan pengalaman yang dilihat dalam bentuk simbol-simbol oleh pikiran alam bawah sadar dan pikiran tak sadar. Sedangkan pengalaman di dunia nyata merupakan pengalaman yang dialami oleh pikiran sadar.
Suatu peristiwa yang tidak begitu penting dalam kehidupan kita sehari-hari peristiwa tersebut akan mudah kita lupakan seiring berganti dengan peristiwa-peristiwa baru dari hari ke hari. Dalam keseharian kita ada banyak peristiwa yang terjadi, namun hanya sebagian kecil yang tersimpan dalam ingatan. Akan tetapi bilamana suatu peristiwa itu sangat penting dan memiliki kesan yang mendalam di dalam kehidupan kita maka secara otomatis peristiwa tersebut akan tersimpan lebih lama di dalam ingatan kita. Demikian pula halnya dengan mimpi atau peristiwa yang dialami oleh pikiran alam bawah sadar ataupun pikiran tak sadar, kita akan mudah melupakannya bilamana mimpi tersebut bermakna sepele, mimpi yang menggambarkan persoalan sederhana. Dan juga, mimpi mudah dilupakan bila mimpi tersebut diselingi mimpi lainnya.
Hal tersebut bila dinilai dari sudut pandang sebagai fenomena alami, akan tetapi ada juga faktor spiritual yang mempengaruhi ingat atau tidaknya seseorang pada mimpinya. Ada dua hal yang berpengaruh besar terhadap keadaan tersebut yaitu faktor dosa dan emosional. Kedua faktor tersebut saya ungkap sebagai penyebab ingat atau tidaknya seseorang pada mimpi berangkat dari pengalaman berupa petunjuk mimpi. Untuk memahami hal tersebut bisa dicermati dari kejadian yang pernah saya alami.
Pada awalnya saya jarang sekali mimpi, bahkan hanya setahun sekali. Pada masa itu jarang meditasi, jarang berjapa (zikir), meskipun rutin sembahyang. Seiring waktu saya mulai sering berjapa dan meditasi. Suatu ketika saya mimpi didatangi ibu almarhum yang meninggalkan saya ketika baru berumur setahun, itu pertama kalinya memimpikan ibu. Entah bagaimana ceritanya, semenjak itu jadi sering mimpi, sekira seminggu sekali. Lalu pada minggu berikutnya mimpi dilukat (mandi suci) oleh seseorang yang jadi jero dasaran; makna mimpi ini pertanda disucikan oleh dewata. Lalu mimpi diberi buku kuno berisi ilmu pengawas. Efeknya pernah bisa beberapa kali melihat orang yang disayangi ketika dia memikirkan saya, melihatnya dengan indera keenam. Begitu juga mulai bisa merasakan akan terjadi sesuatu melalui tenger seperti kedutan, wajah terasa panas, telinga berdenging, menguap/mengantuk bila dibicarakan orang. Dan yang paling besar pengaruhnya yang membuat saya sering mimpi adalah mimpi diajari melepaskan sang roh dari tubuh dengan mantra; aji kalepasan, ilmu merogo sukmo. Sayangnya dalam mimpi itu gagal untuk melakukannya. Tetapi herannya semenjak itu saya sering sekali mimpi, hampir setiap hari. Bukan hanya satu mimpi dalam semalam tetapi banyak mimpi, bahkan pernah mimpi hingga delapan kali semalam.
Suatu ketika saya melakukan dosa dan dosa itu dilakukan secara berulang. Meski menyadari perbuatan tersebut adalah dosa, akan tetapi tak kuasa untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Pada suatu malam saya mimpi singkat namun cukup mengejutkan. Dalam mimpi itu samar-samar saya berada di kebun, sekitar 300 M dari rumah bersama bapak saya. Di sisi lain saya melihat guru (bapak saya) sedang tidur-tiduran di tempat tidur di rumah namun saya bisa melihatnya, seperti melihatnya dengan indera keenam. Lalu beliau berkata dengan mimik marah, 'Dewa Hyange sesai ada di samping caine, kola ada jelek caine.. (Leluhurnya sering ada di samping kamu, tetapi ada keburukan kamu...)' ujarnya sambil menunjuk ke sekitar saya untuk memperlihatkan keberadaan Dewa Hyang (leluhur). Belum sempat beliau menyebutkan keburukan saya, saya keburu bangun.
'Berarti selama ini saya sering mimpi karena sering didekati leluhur' suara hati bergumam. Itu artinya para leluhur sering melihat perbuatan dosa. Perasaan sedih timbul dalam lubuk hati. Di sisi lain merasa sangat sulit melawan musuh dalam diri. Meski tak disebutkan keburukan saya namun saya menyadari keburukan yang dimaksud, tak perlu saya sebutkan perbuatan dosa saya itu. Makna mimpi tersebut bahwa Tuhan (Bhatara Hyang Guru, simbolnya bapak saya) tidak senang dengan perbuatan saya. Beliau memberitahu bahwa sesungguhnya leluhur saya sering berada di sekitarku. Dan juga, dari petunjuk mimpi saya sering diselamatkan leluhur dari hal buruk serta diberitahu tentang masalah-masalah yang dihadapi keluarga besar saya.
Akan tetapi semenjak mimpi dimarahi itu, kebiasaan mimpi jadi hilang, terutama setelah mimpi baju saya dibakar oleh om saya, Guru Nas nama panggilannya. Maknanya karunia dari Tuhan dihanguskan (Ane baang Bhatara Hyang Guru Nunas suba katunjel). Menyadari apa yang telah terjadi, setiap sembahyang selalu mohon ampunan dan bimbingan. Seiring perjalanan waktu, akhirnya saya kembali sering mimpi. Hal ini mengajarkan pada kita bahwa perbuatan dosa akan menutupi kecerdasan kita, menutupi cahaya ilahi dalam diri sehingga kita tidak mampu berkomunikasi dengan leluhur dan Tuhan melalui mimpi. Untuk membuka  selubung cahaya ilahi dalam diri tersebut dengan mengurangi perbuatan dosa, menambah perbuatan bajik, rajin meditasi, sering berjapa dan memohon ampunan.
Selain perbuatan dosa, rasa marah juga berpengaruh besar terhadap ingat atau tidaknya mimpi. Ketika kita sering marah maka pikiran menjadi mudah kacau sehingga pikiran alam bawah sadar dan pikiran tak sadar tidak bisa terhubung dengan baik dengan pikiran sadar. Sifat marah ini akan lebih buruk lagi jika marah ditunjukan kepada mahkluk suci seperti dewa Kembar, dewa Hyang (leluhur), Sesuunan (dewata) dan juga Bhatara Hyang Guru (Tuhan). Lebih-lebih bila kita menghina-Nya, kita bisa dijerat hukum langit sehingga atma (roh) kita bisa dipenjarakan di alam lain, akibatnya kita akan mudah tertimpa musibah, mudah jatuh sakit, hidup terasa hampa, dan lain sebagainya.
Saya pernah beberapa kali merasa 'kecewa' pada leluhur maupun Bhatara Hyang Guru, merasa rugi memuja-Nya toh hidup saya penuh masalah, terutama soal asmara. Lalu besoknya mimpi buruk, kalau dimaknai 'Kalan Sesuunan' (kemarahan dewata). Anehnya juga, bila habis mengumpat leluhur meski hanya dalam hati, kebiasaan mimpi jadi berubah.Â
Biasanya mimpinya selalu jelas kemudian tidak bisa mengingat mimpi. Seringkali terbangun gara-gara habis mimpi tetapi lupa apa yang dimimpikan. Menyadari kenyataan itu, saya berusaha untuk tidak lagi merasa kecewa kepada dewa bila mengalami masalah, apalagi merasa marah. Lebih baik interospeksi diri ketimbang menyalahkan leluhur ataupun Tuhan.
Ada uraian menarik yang didapat berdasarkan petunjuk mimpi tentang hal ini. Dalam mimpi itu saya baru bangun dari mimpi: ada dua mimpi yang saya alami, tetapi lupa apa yang saya mimpikan. Lalu keluar dari kamar, ternyata di teras rumah sudah ada sepupu saya yang jadi pedasaran Ratu Sakti Hulundanu. Kemudian kami berbincang-bincang.
'Bli, saya baru habis mimpi. Tapi saya lupa mimpi apa'
'Kenapa begitu?'
'Begini, saya kemarin marah-marah dalam hati kepada dewa Hyang (leluhur), jadinya saya tidak bisa mengingat mimpi. Soalnya menurut kitab suci, sifat marah dapat menghilangkan pahala kebajikan seseorang.' Ujarku menjelaskan. Dan akhirnya saya terbangun dari mimpi. Ini ceritanya ada mimpi dalam mimpi.
Untuk memaknai mimpi tersebut dibaca secara terbalik. Kronologi mimpinya seolah-olah menasehati sepupu saya yang menjadi tapakan dewata Ratu Sakti Hulundanu. Maksud sebenarnya bahwa dewata mengajari saya bahwa marah kepada leluhur bisa membuat kita tidak bisa mengingat mimpi. Dan hal itu menjadi kenyataan, selama lima hari tidak bisa mengingat mimpi, padahal beberapa kali terbangun dari mimpi setiap malam tetapi tidak tahu mimpi apa meskipun saya sudah mohon ampunan saat sembahyang. Setelah beberapa kali mohon ampunan baru bisa mengingat mimpi kembali seperti biasanya.
Diluar faktor tersebut di atas, kita tidak bisa mengingat mimpi juga akibat kurang tidur, mengalami kesulitan tidur, umpamanya kita baru tidur setelah lewat tengah malam padahal seringkali mimpi berupa petunjuk dari dewa itu terjadi di antara jam 12 malam hingga jam 3 pagi.
Apabila sering mimpi, ada baiknya untuk tidur sekitar jam 10 sehingga tubuh dan pikiran kita sudah siap menerima petunjuk dari dewa melalui mimpi. Untuk mengatasi kesulitan tidur (insomnia) bisa diobati dengan sering-sering berjapa (berzikir), sering berolahraga, dan lebih khusus dengan mempraktekkan Super Brain Yoga; olah raga sederhana untuk kesehatan otak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H