Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jin Menurut Kepercayaan Orang Bali

16 Agustus 2017   11:04 Diperbarui: 16 Agustus 2017   11:13 19385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kamben adiknya yang hendak dicuci, saya lemparkan ke tempat keramat; melambangkan melemparkan sesuatu yang kotor, mengusir kekuatan negatif, mengusir kekuaran jin. Sedangkan kamben sembahyang saya melambangkan permintaan saya saat berdoa. Lalu saya melempari bola api dengan batu melambangkan uji coba untuk melawan sang wengi meski ada perasaan takut, takut tetapi berani karena hadirnya Bhatara Hyang Guru (Simbol Ayah-Ibu). Hal ini menyiratkan Tuhan mengabulkan doa saya, dan beliau menunjukan rumah Sang Wengi yang menyakiti kakek.

Sedikit berbeda dengan mimpi di atas, di bawah ini Jin muncul dalam mimpi sebagai ular, ceritanya sebagai berikut:Sedang sibuk membersihkan longsoran tanah di samping rumah pakai cangkul, datanglah om saya dari pihak ibu, biasa dipanggil Guru B, datang dari arah barat mengendarai motor Vario. Katanya, dia menemukan kucingku di jalan memakan sesuatu, lalu diboncengnya di depan motornya. Dari jauh saya melihat mahkluk yang ditangkap seperti kadal bentuknya, sebagian sudah masuk ke dalam perut, sebagian masih di mulutnya hingga pipi kucingku kembung.

Saat mau diambil kucingnya, yang dikulum pada mulutnya ternyata ular agak besar tetapi pendek. Saya terkejut bukan main, dan kucingnya dilepas karena saya kaget. Kucingku lalu lari ke kandang sapi milik kelompok tani. Ularnya ditinggal di kandang sapi, arahnya di barat daya rumahku.Tak lama kemudian datang kembali kucingku. Dan tersadar dari mimpi, tetapi belum begitu paham maksudnya. Hal itu menimbulkan tanda tanya dalam hati, sepertinya ada sesuatu hal penting yang ingin disampaikan melalui mimpi.

Beberapa saat kemudian kembali mimpi. Dalam mimpi itu, ayah dan ibu saya bercerita tentang kemunculan Guru B dalam mimpi saya (mimpi bercerita tentang mimpi). Kata ibuku, Guru B muncul di dalam mimpiku karena dia akan sakit bila terus-terusan tak peduli dengan dewa kembar yang hendak dibuatkan upacara ngenteg linggih di keluarga besar kami karena dewa kembar akan murka pada guru B.

Paginya saya mencoba memaknai kedua mimpi itu. Dalam kenyataan guru B memang tidak peduli dengan kegiatan ngenteg linggih yang dilaksanakan keluarga besar kami. Makna mimpi ini bahwa Tuhan Ibu memberi tahu peristiwa yang akan menimpa guru B. Hal ini bermaksud menjelaskan mengapa guru B menjadi simbol mimpi saya. 

Yang menarik adalah mimpi pertama. Bila diterjemahkan masing-masing simbolnya maka maknanya sebagai berikut:Tanah longsor pertanda adanya orang sakit. Bila longsornya besar tandanya kematian. Tetapi disini membersihkan longsoran tanah berarti pertanda usaha menyembuhkan orang sakit. Siang tadinya, di jalan saya menjumpai seseorang yang jatuh baru belajar motor. Kakinya sampai bengkak cukup parah. Sambil menunggu dijemput mobil, saya mencoba memberikan energi prana, ternyata berpengaruh terhadap niskala, hal itulah yang disimbolkan membersihkan longsoran tanah.

Kucing simbol kala, ular simbol sang wengi, jin. Kucingku menangkap ular berarti kalan sang wengi (kemarahan Sang Wengi) telah dikendalikan. Kendaraan simbol palinggihan, bisa juga diartikan kedudukan atau kehormatan. Guru B menjadi pemangku dewa kembar. Jadi hal ini bermakna Palinggih Dewa Kembar. Ularnya dibuang di kandang sapi, artinya sang wengi meminta dibuatkan banten, ritual. Diambil dari makna sapi, sampi ngaran sampian, sampian ngaran banten atau ritual. Bisa juga bermakna ritualnya untuk memindahkan Sang Wengi. Jadi makna keseluruhannya bahwa orang yang jatuh membawa motor tersebut karena ada kendala secara niskala. Kendala itu karena ada palinggih dewa kembar bersinggungan dengan Sang Wengi sehingga sang Wengi marah. Dan meminta memindahkannya ke arah barat daya dengan dibuatkan banten atau ritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun