Entah apa yang terjadi, ibunya tahu kalau aku memberikan anaknya kado. Ibunya memintaku untuk mengambil kado yang aku berikan kepada anaknya. Aku tidak marah, tetapi saat itu betapa kecewanya hati ini, ketulusan hatiku tidak mereka pahami. Pada saat itulah air mata meleleh dan dari dalam lubuk hati muncul sebuah doa agar orang yang mencampakan kado yang aku berikan dengan tulus supaya mendapat penderitaan melebihi dari apa yang aku alami; meneteskan air mata.
Tak disangka, hanya dalam kurun waktu tiga hari setelah kado aku dikembalikan, ayah gadis itu ditahan polisi gara-gara mengadakan judi sambung ayam dalam rangka upacara telu bulanan anaknya. Aku terkejut mendengar kabar itu. Apa mungkin itu akibat sumpah serapahku?
Setelah suaminya ditahan polisi, ibu gadis itu menangis berhari-hari di rumahnya, meski hatiku dilukai sedemikian rupa, entah kenapa aku menitikan air mata melihat penderitaan gadis itu dan ibunya. Aku merasa menyesal mendoakan mereka yang bukan-bukan, aku ingin orang yang aku sayang bisa ceria kembali, sambil menitikan air mata menghadap ke Matahari lalu mendoakan agar ayahnya tidak sampai dipenjara hanya gara-gara judi sambung ayam. Dan beberapa hari kemudian ayahnya ditangguhkan sementara waktu dan bisa bernafas lega bisa pulang ke rumahnya. Meski pada akhirnya harus membayar denda sebagai ganti hukum kurungan.
Waktu ayahnya ditangguhkan, aku sempat ke rumahnya bersama bapakku, saat itu aku bisa melihat apa yang aku inginkan, dimana keluarganya begitu ceria, begitupun gadis yang aku sayang dia terlihat bahagia. Walaupun aku pernah disakiti, sedikitpun tak menyimpan dendam.
Belakangan lagi-lagi kadoku dikembalikan ibunya, tetapi bersyukur aku bisa tetap tersenyum, tidak mau kejadian buruk menimpa keluarganya, malahan aku berusaha mendoakan mereka agar bisa bahagia. Demikian besarnya rasa sayangku meski tak pernah bisa memilikinya, namun ada hal yang aku kawatirkan, dimana dalam hatiku tanpa sadar menginginkan agar gadis itu akan menderita karena cinta seperti yang aku alami dan dia akan sulit menemukan orang yang benar-benar tulus menyayanginya. Jahat juga hatiku.
Mungkin kejadian di atas kita anggap sebuah kebetulan semata. Saya ambil contoh lain saja. Suatu ketika, om aku bercerita sempat mengajak seorang cewek, padahal sudah memiliki istri dan dua anak. Entah kenapa, mendengar hal itu aku kecewa. Aku menasehati agar tidak lagi mencari cewek karena sudah punya istri dan anak. Responnya membuatku terkejut, omku marah-marah padaku. Tidak terima dinasehati anak kecil. Merasa dimarahi, aku diam, tetapi dalam hati muncul sebuah doa agar omku mendapat masalah bila mengencani cewek lagi.
Besoknya aku dengar omku ditangkap polisi, tidak tahu persis sebabnya tetapi dengar-dengar ada kaitannya dengan masalah cewek. Sampai omku sempat masuk penjara. Setelah mendengar kabar itu, rasa kesal masih ada, sekaligus merasa sedih. Hingga akhirnya keluar penjara dan omku berubah sikapnya, dari yang awalnya nakal sekali, jarang di rumahnya, selalu mencari cewek sana-sini, kemudian menjadi jauh lebih sayang kepada keluarganya. Aku senang melihat keadaan seperti itu, tetapi keadaan ekonominya masih morat-marit hingga beberapa tahun.
Suatu ketika, setelah mengabenkan nenekku dari ibu, waktu itu nedunang petaha (memanggil roh orang yang telah meninggal). Waktu roh nenekku yang turun merasuki seseorang, nenekku mengatakan bahwa beliau akan membantu anaknya dari alam sana. Mendengar hal itu, hatiku merasa terharu, hampir menitikan air mata. Dalam hati aku berdoa, aku ingin benar adanya apa yang dikatakan nenekku yang telah meninggal. Aku ingin melihat omku dan keluarganya bisa dimudahkan rejekinya. Dan astungkara saat ini keadaan ekonominya bisa dikatakan sudah bagus.
Saya sering mencermati hal seperti itu, kok nyambung antara harapan dan kenyataan ketika kita menginginkannya benar-benar dari dalam lubuk hati, dengan kata lain tulus mendoakan seseorang. Hingga mengambil kesimpulan bahwa doa yang tulus dari dalam lubuk hati untuk orang lain akan mudah terkabul.
Iseng-iseng aku ingin menguji, apakah itu hanya sebuah kebetulan atau sebuah kebenaran. Sekitar beberapa bulan lalu, aku merasa sedih melihat kakakku selalu gagal panen, aku ingin melihatnya bisa berhasil dalam bercocok tanam. Begitu pula mendoakan orang tuaku agar dimudahkan rejekinya dan dalam keadaan sehat. Masih dalam keadaan tidak percaya, apakah itu sebuah kebetulan, tetapi aku bisa melihat kakakku dan orang tuaku bisa mencapai sesuai yang diharapkan, tentunya atas kehendak dewa.
Pertanyaannya kemudian, apa mungkin kita bisa rencanakan sesuai kehendak kita mendoakan orang lain sedemikian rupa agar berhasil sesuai yang diharapkan? Ternyata tidak, hanya keadaan yang bisa membuat seperti itu, artinya apabila keadaan seseorang cukup memprihatinkan hingga membuat kita sedih melihatnya, saat itulah kita bisa membangunkan kekuatan Tuhan melalui doa agar orang yang kita sayangi bisa kita lihat bahagia.