Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilmu Sihir Turunan Atharva Veda

26 Januari 2016   19:16 Diperbarui: 26 Januari 2016   19:35 2360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto Avanoustic"][/caption]

Ada komentar menarik dari seseorang yang memintaku untuk menanggalkan almamaterku; Universitas Hindu Indonesia. Komentar seperti itu datang setelah membaca tulisan saya tentang curhat ‘Mengguna-guna Diri Sendiri’. Dianggap berpandangan dangkal percaya dengan hal-hal ‘tahayul’ padahal sudah berpredikat sarjana, apalagi alumni kampus berlabel agama. Sekilas komentarnya seperti sebuah kebenaran, akan tetapi hanya kebenaran berdasarkan logika semata.

Dalam masyarakat memang telah terjadi pergeseran kepercayaan terhadap ilmu magis, ilmu sihir, dan sejenisnya. Dimana ilmu-ilmu seperti itu dianggap tahayul, kuno, ketinggalan jaman. Hal itu terjadi kemungkinan akibat semakin jarang orang yang mampu menjadi pakar ilmu seperti itu, dan yang lebih menyedihkan ilmu magis disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab. Akibatnya ilmu magis tidak lagi mau diturunkan sembarangan oleh ahlinya atau seorang Maha Guru, takut disalahgunakan, sehingga lama-kelamaan ilmu magis akan hilang. Akan tetapi, orang-orang barat mulai mempelajari ilmu-ilmu magis, mereka mempelajari bagaimana cara kerja ilmu magis.

Ilmu sihir atau pun ilmu magis dalam masyarakat diidentikan sebagai ilmu hitam. Pandangan seperti itu sebenarnya sebuah kekeliruan besar. Sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang namanya ilmu hitam atau ilmu putih, yang ada adalah perbuatan baik atau pun perbuatan jahat. Demikian keadaannya dengan ilmu magis, ilmu sihir, seperti guna-guna.

Misalnya guna-guna pengasih-asih, dimana fungsinya untuk menyatukan dua orang agar saling mencintai, saling mengasihi. Ilmu sihir ini sering disalahgunakan untuk memaksakan cinta dua insan yang tidak saling mencintai. Tentu hal ini keliru. Tetapi apabila ilmu sihir ini digunakan untuk menyatukan seseorang yang sudah berkeluarga ingin bercerai karena salah satu dari mereka doyan selingkuh. Dengan menggunakan ilmu guna-guna, pasangan yang doyan selingkuh menjadi mencintai pasangan sahnya (suami atau istrinya) tanpa mencintai orang lain yang bukan pasangannya. Menggunakan ilmu sihir untuk tujuan seperti itu adalah hal yang dibenarkan, bisa mencegah perbuatan yang dilarang agama yaitu berselingkuh dan bercerai.

Jika ditelusuri sumber sastranya, ilmu magis, ilmu sihir, guna-guna, usadha (pengobatan) dan sejenisnya atau apalah sebutannya, berasal dari kitab suci Atharva Veda. Veda yang satu ini berisi mantra-mantra magis untuk berbagai tujuan, seperti panjang umur, mengobati penyakit, penebusan dosa, guna-guna, kemudahan rejeki, menang dalam perang, dan lain sebagainya.

Misalnya, salah satu sukta dalam Atharva Veda berisi tentang mantra untuk memperoleh cinta seorang wanita, pada bab ‘Kamaatma Sukta’, salah satu mantranya berbunyi sebagai berikut (Terjemahan saja);

Inginkan (vanch) badanku, kakiku; inginkan mataku, inginkan paha, biarkan matamu, rambutmu, menginginkan aku, mengering karena cinta. (Atharva Veda, VI.9.1)

Atharva Veda tergolong ilmu terapkan, sayangnya di Indonesia tidak ada ahli agama yang mengetahui bagaimana cara penggunaan mantra yang ada di dalam Atharva Veda. Meski demikian, ajaran-ajaran dari Atharva Veda telah merasuk dalam kehidupan masyarakat jaman dahulu hingga saat ini. Ilmu pengasihan, guna-guna, ilmu pengobatan (usadha), dan lain sebagainya telah diturunkan dan diteruskan menyesuaikan dengan masyaraat lokal seperti yang kita kenal saat ini. Demikian juga di India, di negara asal Atharva Veda diturunkan. Dalam tardisi India dikenal beberapa ilmu yang merupakan ilmu terapan dari ajaran Atharva Veda yaitu Yantra, Mantra dan Tantra.

Yantra berfungsi untuk pemenuhan keinginan dengan mengutamakan penggunaan gambar dengan berbagai tujuan seperti untuk perlindungan anak, perlindungan istri hamil, perlindungan pekarangan rumah, pengobatan, mendapatkan kekayaan, dan lain sebagainya. Yantra serupa dengan rerajahan yang kita kenal di Bali, atau kaligrafi dalam Islam. Dalam bentuk sederhana menjadi Jimat.

Mantra, ilmu yang satu ini hampir semua masyarakat Hindu tahu. Perlu untuk diketahui, frosa yang ada dalam semua Veda disebut mantra, seperti Gayatri mantram yang berasal dari Rg Veda. Akan tetapi mantra yang dimaksud dalam hal ini adalah mantra untuk pemenuhan berbagai keinginan, bukan mantra yang digunakan sebagai puja stawa.

Sedangkan Yantra lebih cenderung menggunakan sarana untuk pemenuhan keinginan seseorang. Seperti misalnya seikat bulu unta diikatkan di paha, maka pasangan tidak akan orgasme hingga benda ini dilepaskan. Akan tetapi Tantra sangat identik dengan mantra untuk tujuan-tujuan khusus. Tantra ini dikenal hampir semua agama, seperti Budha, Jaina, bahkan Islam. Namun dalam Islam hanya menggunakan doa-doa yang ada dalam Alquran untuk berbagai pemenuhan keinginan yang baik.

Yantra, mantra dan tantra sebenarnya satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Dalam penggunaannya bisa menjadi satu; menggunakan rerajahan, mantra, sekaligus sarana. Penggunaannya bisa juga dipisahkan.

Ilmu seperti itu tergolong ke dalam ilmu rajasika; dalam sifat nafsu. Jika diamati dengan cermat dalam masyarakat, justru ilmu seperti ini yang selalu diterapkan dalam kehidupan. Hanya saja bentuknya telah berubah menjadi doa yang menggunakan bahasa hati. Seperti berdoa untuk mendapat jodoh, mendapat rejeki, keselamatan, perlindungan, kesembuhan dan lain sebagainya. Yang sebenarnya, sembahyang atau doa yang bersifat kebaikan (satwika) adalah doa tanpa keinginan, seperti berdoa sebagai wujud syukur, sembahyang sebagai wujud bhakti kepada leluhur, dewa-dewi dan Tuhan.

 

Baca juga Cara Sederhana Membalas Kebaikan Orang Lain

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun