Para bijak hanya melarang keras makanan tamasika dan rajasika bagi para wiku atau mereka yang bergelut di bidang kerohanian, seperti pemangku, pendeta, biksu, sulinggih. Masyarakat biasa masih ditoleransi makan makanan rajasika.
Lalu, label apa yang tepat untuk menyebut makanan yang boleh dimakan umat Hindu? sulit untuk memberi label yang tepat, terlebih ajaran Veda bukanlah ajaran saklek, dimana Veda selalu memberikan pilihan kepada masyarakat, setiap pilihan selalu ada resiko yang ditanggung.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada istilah yang tepat untuk menyebut makanan yang boleh dimakan masyarakat umum, apakah makanan Satwika ataukah Rajasika. Namun yang pasti, istilah makanan Sukla tidak ada hubungannya dengan makanan yang boleh dimakan manusia, dengan kata lain istilah makanan sukla merupakan istilah salah kaprah.
Sekedar untuk diketahui, dalam ajaran Hindu, seseorang habis memasak wajib hukumnya mempersembahkan makanan kepada leluhur, dewa, dan Tuhan. Jika memiliki hewan peliharaan, hewan lebih terdahulu diberikan makan, demikian juga bila ada tamu, tamulah terlebih dahulu makan. Setelah itu, barulah si empunya rumah menikmati makanan. Bilamana dalam sebuah keluarga tidak mempersembahkan makanan terlebih dahulu sebelum makan dinyatakan sebagai pencuri.
Jika kita cermati, biasanya dalam sebuah keluarga yang rajin mempersembahkan makanan tidak akan sampai ia hidup dalam kemiskinan; tidak bisa makan, bahkan keluarganya lebih bahagia dibandingkan dengan keluarga yang tak pernah mempersembahkan makanan. Malahan yang tak pernah mempersembahkan makanan sebelum makan mereka hidup susah, jatuh dalam kemiskinan. Namun dalam mempersembahkan makanan wajib hukumnya didasari atas keiklasan.
Â
Baca juga Mencegah Maag dengan Menerapkan Ajaran Kitab Suci
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H