Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merunduk Bila Melihat Wanita Seksi

6 Agustus 2015   01:55 Diperbarui: 6 Agustus 2015   03:01 5979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cara berbusana masyarakat pada era post modern semakin menggila, terutama di kalangan kaum perempuan dari yang ABG hingga dewasa. Tanpa rasa malu mempertunjukan kemolekan tubuh seakan ingin mengundang lawan jenis untuk mendatanginya, mengundang lelaki hidung belang untuk mengajaknya berkencan bahkan hubungan seks terlarang. Bersyukur jika bentuk tubuhnya menawan sedap dipandang mata, akan tetapi banyak pula tanpa sadar mempertunjukan bentuk tubuh yang membuat orang lain yang melihatnya merasa jijik, seperti memperlihatkan paha atau pantat yang kehitaman.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seksi diartikan sebagai merangsang rasa berahi. Berdasar pada pengertian tersebut, berpakaian seksi dapat diartikan cara berbusana yang dapat membangkitkan gairah seksual dengan berpakaian terbuka.

Memberikan rangsangan seksual atau membangkitkan gairah seksual dengan berpakaian serba terbuka dianggap salah satu sifat buruk wanita pada jaman kali atau Kali Yuga, seperti dinyatakan dalam kitab purana, “Mereka sering melakukan tindakan-tindakan yang memberi rangsangan seksual, larut dalam kesenangan seksual, perbuatan mereka buruk, mencari kenikmatan bersama lelaki lain, dan meninggalkan suami mereka sendiri.” (Siva Purana, Vidyeswara Samitha I.33). Baca juga: Perbuatan Buruk Wanita pada Jaman Kali.

Penampilan seksi yang menonjol terutama dalam penggunaan rok dan celana. Pada saat ini, cara berbusana seksi yang menjadi tren yaitu mode Hotpants dan Rok mini yang sangat digandrungi para gadis belia, bahkan juga wanita dewasa. Konon, mode ini pada awalnya digunakan para pelacur untuk memberikan rangsangan pada lelaki hidung belang.

Sebenarnya sebagian besar lelaki tidak suka melihat wanita yang terlalu seksi, bahkan sebagian besar lelaki merasa risih, jijik atau pun malu untuk memandangnya. Menurut sebuah studi, kebanyakan lelaki menganggap perempuan yang suka berpakaian seksi dianggap kurang cerdas. Baik penampilan di dunia nyata maupun pasang foto di media sosial. Perempuan dewasa pun menilai demikian bahwa perempuan yang menampilkan foto-foto busana yang rapi (tidak seksi atau tidak terbuka) dianggap lebih cerdas, cantik dan diinginkan sebagai teman.

Peneliti dari Universitas Princeton melakukan studi pada pria dengan memperlihatkan serangkaian foto wanita yang mengenakan pakaian berpotongan seksi. Saat melihat foto-foto tersebut, bagian otak yang bertanggung jawab pada aktivitas mental berkurang. Dan, para pria memandang wanita-wanita seksi adalah seorang yang kurang cerdas, ambisius, namun ramah. Studi lain yang serupa oleh Kurt Gray dan rekan dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan, pria mempersepsikan wanita yang memakai pakaian seksi sebagai seorang yang sarat emosi, rapuh, tapi kurang cerdas. Adapun foto wanita yang berpakaian sopan dan foto yang hanya menampilkan wajah dipandang pria yang ambil bagian dalam survei sebagai pribadi kompeten dan logis. (Viva, 2011).

Cara berbusana yang agak terbuka bahkan juga terjadi pada busana sembahyang atau berbusana ke tempat suci. Suatu waktu dalam sebuah seminar, seorang pembicara seminar pernah menyentil cara berpakaian generasi muda wanita Hindu yang berpakaian nyeleneh dengan menaikkan kambennya hingga betis terlihat. Menurutnya cara menggunakan kamben seperti itu dianggap bertentangan dengan tradisi berbusana ke pura. Demikian juga berpakaian kebaya yang terlalu transparan.

Menyimak sentilan seperti itu, teman mahasiswi yang duduk disebelah berpendapat bahwa itu kesalahan designernya yang merancang mode pakaian seperti itu. Saya menyanggah pendapatnya bahwa hal itu bukan salah designernya melainkan salah pengguna atau pemakainya, dalam hal ini kaum perempuan. Biasanya, seorang designer merancang pakaian yang digandrungi pemakainya supaya laku keras. Apabila desainnya tidak laku, perancang busana akan menghentikan produksinya. Dengan kata lain pakaian yang diproduksi adalah pakaian yang disukai pemakai.

Etika dan sopan santun berbusana sebenarnya sudah diatur dalam kitab suci meski tidak detail uraiannya. Seseorang dalam berpakain harus memperhatikan sopan santun dalam masyarakat, seperti dinyatakan, “Hendaknya ia berjalan di dunia fana ini menyesuaikan pakaiannya, kata-kata, dan pikirannya agar ia sesuai dengan umum, kedudukan, kekayaan, pelajaran sucinya, dan juga kebangsaannya. (Gautama Smeṛti IV.18).

Dalam lontar Sarasamuccaya dinyatakan bahwa wanita yang tidak tahu sopan santun dalam berpakaian hendaknya tidak diajak bergaul. Menurut kitab Kama Sutra, bagian tubuh wanita yang sensitif seperti tengkuk, buah dada, paha, dan betis dapat merusak mental orang yang melihatnya, oleh sebab itu bagian-bagian yang dapat merangsang nafsu birahi hendaklah tidak diperlihatkan atau wajib ditutupi. Dalam ajaran Veda, rambut pun sebenarnya harus ditutupi, sehingga wanita-wanita India menggunakan kerudung.

Jika kita perhatikan busana tarian Bali, ajaran Veda terlihat implementasinya. Rambut digelung, dada ditutupi dengan hiasan berbentuk V, payudara dibungkus sampai pinggang. Kemudian bagian bawahnya dari pinggang menggunakan kamben hingga pergelangan kaki. Busana seperti itu pada jaman kerajaan Hindu merupakan busana putri-putri raja.

Etika berbusana diatur sedemikian rupa tujuannya untuk melindungi harkat dan martabat seorang wanita, bukan untuk membatasi mereka berekspresi. Dalam ajaran Hindu, wanita dianggap mulia, akan tetapi kemuliannya akan merosot apabila seorang wanita bertingkah laku bertentangan dengan dharma atau norma-norma yang berlaku.

Kitab suci Bhagavad Gita menyatakan bahwa apabila hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita dalam keluarga ternoda, dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diinginkan tentu saja menyebabkan keadaan seperti di neraka baik bagi keluarga maupun mereka yang membinasakan tradisi keluarga. Leluhur keluarga-keluarga yang sudah merosot seperti itu jatuh, sebab upacara-upacara untuk mempersembahkan makanan dan air kepada leluhur terhenti sama sekali. Akibat perbuatan jahat para penghancur tradisi keluarga yang menyebabkan lahirnya anak-anak yang tidak diinginkan, segala jenis program masyarakat dan kegiatan demi kesejahteraan keluarga akan binasa.

Berdasar pada uaraian tersebut maka sopan santun berpakaian perlu disadari oleh kaum perempuan mengingat kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh kemuliaan seorang wanita.

Lalu bagaimana dengan lelaki? Busana lelaki atau pria dalam ajaran Hindu tidak mendapat perhatian, hanya sedikit diatur. Akan tetapi kaum lelaki lebih diatur pada pengendalian diri, lebih khususnya pengendalian pikiran. Pikiran diumpamakan seperti ikan di dalam air, sangat sulit dikendalikan, licin bagaikan belut. Dari pikiran tak terkendali menyebabkan pikiran bingung atau kacau, hal ini dinyatakan sebagai penyebab perbedaan persepsi terhadap suatu obyek. Demikian pula persepsi tentang wanita seksi, dapat dinilai dari tiga sudut pandang, seperti dinyatakan dalam kitab suci Canakya Niti Sastra.

Seorang wanita tampak dari tiga segi pandangan, yaitu: Yogi melihatnya bagaikan mayat, orang penuh hawa nafsu memandangnya sebagai wanita menggiurkan dan anjing melihatnya sebagai gumpalan daging. (Canakya Niti Sastra XIV.15).

Sloka tersebut juga ditemukan dalam lontar Sarasamuccaya, seperti dinyatakan: Ini contohnya lagi; ada sang biku yang melakukan pariwradjika-brata, yaitu mengembara mencari kesempurnaan hidup; ada lagi si kamuka, besar nafsu doyan kepada wanita; ada pula serigala, ketiganya itu melihat seorang wanita cantik; ketiganya berbeda tanggapannya, “mayat” kata sang biku peminta-minta berkeliling, karena insaf akan hakekat sesuatu tidak kekal; berkata si pecinta wanita: “sungguh menggairahkan wanita ini”; maka si serigala berkata: “sungguh daging lezat, jika dimakan”; disebabkan oleh bingung atau kacaunya pikiran, maka yang menimbulkan adanya tanggapan perbedaan terhadap sesuatu barang yang berbeda-beda pula. (Sarasamuccaya 86).

Ada pula menterjemahkan sloka tersebut lebih sederhana, barangkali terjemahan bahasa Sansekertanya, sedangkan terjemahan di atas terjemahan bahasa jawa kuno. "Bedalah tanggapan orang selibat, pria hidung belang, dan seekor serigala dalam memandang wanita. Mayat menurut si selibat, seksi dan mengairahkan menurut pria hidung belang, makanan lezat menurut srigala. Akibat kebingungan pikiran muncullah beragam persepsi"".

Bagi orang bijak wanita cantik ataupun wanita seksi dianggap tidak ubahnya seperti benda mati (mayat), mereka tidak terpengaruh oleh kehadiran wanita cantik dan seksi, mereka tidak terikat, tidak bernafsu bila melihat wanita cantik dan seksi, juga tidak membencinya. Di hadapan orang bijak tidak ada yang cantik, tidak ada yang seksi, tidak pula ada yang jelek, baginya semua sama saja. Pikirannya sudah seimbang, tidak terikat.

Berbeda dengan lelaki kebanyakan seperti kita yang penuh nafsu apabila melihat wanita cantik dan seksi. Sebagian besar lelaki golongan ini beranggapan bahwa sangatlah nikmat apabila bisa berhubungan seks dengannya. Apabila pikiran tidak lagi mampu dikendalikan dan melekat pada obyek-obyek sensual hal ini menyebabkan pikiran bingung, dari pikiran bingung menyebabkan hilangnya kesadaran, hilangnya kesadaran menyebabkan kehancuran. Dan juga para dewa menjauhkan orang-orang berdosa akibat tidak mampu mengendalikan nafsu seks. Keberuntungan dan kemakmuran pun tidak lagi mendekatinya.

Dalam kitab Purana disebutkan bahwa, “Hanya dengan sekali sentuhan saja, dari orang yang senantiasa larut dalam hasrat pada wanita, akan menghapuskan segala pahala. Ia adalah pendosa besar. Bahkan jika ia melakukan berbagai jenis ritual suci, orang yang senantiasa gila terhadap wanita tidak akan pernah menjadi suci murni. Para leluhur, para dewa dan semua manusia akan menyingkirkannya.” (Siva Purana, Rudresvara Samhita: Parvati Kanda XXX.20-21).

Ada berbagai cara mengendalikan nafsu seks yang semakin liar akibat pikiran tak terkendali. Dapat dilakukan dengan menerapkan ajaran panca yama brata dan panca nyama brata. Selain itu juga penting untuk menghindari faktor luar yang dapat menyebabkan pikiran semakin diluar kendali, seperti menghindari memiliki dan menyimpan konten-konten pornografi, menghapus video porno atau pun gambar sensual yang pernah tersimpan dalam komputer atau gadget lainnya, menghindari membaca tulisan yang memuat konten pornografi yang tidak mendidik.

Demikian pula menghindari memandang seorang wanita cantik dan seksi yang menggairahkan dengan penuh nafsu. Apabila membiarkan pandangan mata tertuju pada bagian tubuh sensisitif dari seorang wanita seperti buah dada, paha, betis, tengkuk, dan selangkangannya, tindakan seperti itu dinyatakan sebagai perbuatan dosa. Untuk menghindari dosa seperti itu dapat dilakukan dengan menundukan kepala apabila di depan mata terlihat wanita cantik dan seksi yang menggairahkan. Akan hal ini ada sebuah kisah di dalam kitab Mahabharata.

Ada seorang raja terkenal dengan nama Mahabhisa, lahir di keluarga Ikshvaku. Baginda adalah penguasa seluruh dunia, dan penganut kebenaran (dalam berbicara) dan memiliki keberanian sejati. Dengan melaksanakan 1.000 kali upacara kurban kuda dan 100 kali Rajasuya baginda telah menyenangkan kepala mahkluk Surgawi dan akhirnya bisa mencapai surga.

Pada suatu hari, para mahkluk surgawi berkumpul bersama untuk menghormati Brahma. Banyak raja yang bijaksana termasuk Raja Mahabhisa juga hadir di tempat itu. Gangga, ratu sungai-sungai, juga hadir di sana untuk menyampaikan penghormatannya kepada sang kakek moyang. Dengan pakaiannya yang berwarna putih seperti sorotan sinar bulan, lalu diungkapkan oleh hembusan angin. Karena badannya demikian kelihatan, para mahkluk surgawi menundukan kepala mereka. Tetapi raja yang bijaksana Mahabhisa dengan tidak sopan menatap terus ratu sungai-sungai tersebut. Mahabhisa dikutuk oleh Brahma, yang berkata, “Bedebah, karena engkau telah melupakan dirimu sendiri pada waktu melihat Gangga, engkau akan lahir kembali di bumi. Tetapi engkau akan lagi dan lagi dapat mencapai daerah-daerah ini. Dan Gangga, akan lahir juga di dunia manusia dan akan menyakitimu. Tetapi ketika kemarahanmu bangkit, engkau akan kemudian bebas dari kutukan-Ku. ” (Mahabharata, Adi Parva, halaman 275).

Akibat dari dosanya itu, Raja Mahabhisa lahir ke bumi menjadi salah satu putra Prabu Pratipa, yaitu Prabu Santanu adik dari Devapi, dan memiliki adik bernama Valhika. Sedangkan dewi Gangga mengambil wujud sebagai wanita cantik, menjadi permaisuri Raja Santanu: Melahirkan delapan anak yang merupakan titisan Asta Vasu yang dikutuk Rsi Vasishtha. Semua anak satu per satu setiap dilahirkan dibunuh dengan dilemparkan ke sungai oleh dewi Gangga, kecuali anak ke delapan, diberi nama Devabrata. Anak ini kemudian dibawa ke Surga. Setelah dewasa kembali ke bumi. Di kemudian hari Devabrata dikenal sebagai Rsi Bhisma yang mampu menentukan sendiri kematiannya. 

Kisah tersebut terdapat perbedaan sedikit dengan lontar Adi Parva berbahasa jawa kuno. Dalam lontar Adi Parva disebutkan bahwa kamben dewi gangga terbuka oleh hembusan angin. Sedangkan dalam film Mahabharata, cadar atau kerudung dewi Ganggalah yang diungkap hembusan angin. Raja Mahabhisa dengan penuh nafsu memandangnya.

Bercermin dari kisah tersebut, baik lelaki yang memandang bagian sensitif tubuh wanita maupun seorang wanita yang membiarkan bagian tubuh sensitifnya dibiarkan terbuka untuk umum, mereka sama-sama dinyatakan berdosa.

 

Sumber foto: Olèg Tamulilingan (The Dance of the Bumblebees) www.balinesedance.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun