Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Mendebat Ramadhan

14 Juli 2015   11:35 Diperbarui: 14 Juli 2015   11:54 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ah, kamu puasa kok marah-marah, nanti batal loh puasanya. Nyebut atuh!”

“Astagfirullah.. hampir aku lupa” ujar Lisa melihat ke atas, seakan Tuhan ada di langit. Mungkin Lisa tersadar mendengar celotehan Stefanus. Lisa lalu bergegas masuk membawa barang belanjannya, mengadap ibu bos.

“Kalau dipikir-pikir bulan puasa itu aneh bin lucu, masak orang-orang mengurangi porsi makan tetapi harga barang selalu merangkak naik, seharusnya kan turun, gimana tuh, Ed?”

Mendengar pertanyaan Rama, Edy terdiam, tak bisa menjawab. Pertanyaan Rama terlalu menusuk hingga lubuk hati yang terdalam atau mungkin Edy tak mau debat kusir.

“Katanya karena pengaruh Inflasi, katanya sih, mungkin sebagai pembenaran, bukan kebenaran. Menurut teori; semakin banyak kebutuhan, semakin tinggi harganya. Bisa jadi saat bulan puasa Edy makannya semakin mewah. Betul gak, Ed?”

Sudah terjatuh, tertimpa tangga pula. Sudah ditusuk dengan pertanyaan menyakitkan dari Rama, malah Stefanus meledek hingga membuat Edy diam seribu bahasa, seperti patung. “Kalian itu keji, masak pertanyaannya kejam seperti itu? nanti Edy sedih loh! bisa-bisa nanti dia berteriak; Sakitnyaaa.. Tuh.. di sinii.. “ candaku, menirukan sebuah lelucon yang pernah aku tonton di layar TV.

“Jreng.. jreng, jreng. Sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku”

Stefanus dan Rama kompak bernyanyi; Sakitnya Tuh Disni. Lalu kami tertawa terpingkal-pingkal. Dan Edy tersenyum kecut, “Sialan kalian!”

“Gak usah marah, ini hanya guyonan, tapi ada seriusnya juga, jangan diambil hati” selorohku.

Edy tampaknya bisa menerima candaan teman-temannya, meski membuat wajah pada merah. “Jujur, sepertinya umat muslim memang hanya pindah jam makan, dan makannya lebih mewah dari biasanya. Bahkan banyak diadakan jamuan makan ketika buka puasa. Tapi soal harga barang naik, itu memang merugikan bagi masyarakat, tapi bagi pengusaha, itu rezeki. Intinya tergantung dari sudut mana kita melihatnya”

“Gitu dong.. itu baru hati nurani yang berbicara” Rama berseloroh, terlihat senang karena Edy mau menurunkan egonya yang selalu tak mau mengalah ketika diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun