Menelan sperma diklaim bahwa secara medis dan berdasarkan penelitian dianggap sehat dan tidak menyebabkan kehamilan. Ada pula yang berpendapat bahwa menelan sperma dapat menularkan penyakit. Akan tetapi menurut pandangan agama Hindu, menelan sperma dianggap perbuatan dosa, perbuatan yang tidak dibenarkan.
Kitab suci Manawa Dharmasastra memberikan batasan antara kotor dan tidak kotor pada tubuh dengan batasan pada pusar. Dengan kata lain, sesuatu yang keluar dari lubang yang ada di bawah pusar dianggap kotor, sebaliknya sesuatu yang keluar dari lubang di atas pusar dianggap tidak kotor. Misalnya saling hisap air ludah saat bercinta, itu dibenarkan. Akan tetapi menelan sperma, didalam kitab siva purana secara eksplisit dianggap perbuatan dosa. Kisahnya sebagai berikut:
Setelah pernikahan Mahadewa dengan Parvati, mereka bercinta berabad-abad lamanya (meski sekilas bagi Mahadewa dan Parvati). Dewa Wisnu memberitahu para dewa bahwa permainan asmara dewa Siva akan berlangsung seribu tahun menurut perhitungan para dewa.
“Sebagai akibat dari percintaan Siva dan Parvati, maka bumi bergetar dan terjadi gempa yang dahsyat bersama Sesa dan Kacchapa” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda I. 44).
Para dewa menunduk dan memuji Mahadewa, dan beliau berkenan hadir dan mendekati para dewa yang sedang ketakutan diganggu iblis Tarakasura.
Para dewa berkata: “Tuan dewa yang agung, penguasa semua dewa, yang menjadi lautan belas kasihan, O Siva Anda adalah jiva yang imanen yang berdiam dalam diri setiap mahkluk. Anda mengetahui segalanya. Tuan, mohon laksanakanlah tugas para dewa ini. O dewa, selamatkanlah kami. Bunuhlah Taraka dan pasukannya yang telah mengganggu para dewa” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 5-6).
Siva bersabda: “O Visnu, Brahma, dan para dewa sekalian, kalian adalah tujaun dari pikiran setiap mahkluk. Apa yang harus terjadi akan terjadi. Tidak ada yang sanggup menghentikannya. Apa yang telah terjadi. Para dewa sekalian, sekarang dengarkanlah sesuatu yang berhubungan dengan masalah kalian. Sekarang biarkanlah siapa saja yang mau, mengambil sperma yang aku lepaskan”. Setelah bersabda demikian, Beliau meneteskannya ke tanah. Dan atas desakan para dewa, maka Agni berubah wujud menjadi seekor merpati dan menelan sperma itu dengan paruhnya. Narada, pada saat itulah Parvati datang kesana. (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 8-11).
Dewi Parvati amat murka atas apa yang telah dilakukan para dewa. Parvati lalu mengutuk para dewa. Dewi Parvati sangat marah kepada dewa Agni yang telah menelan sperma Mahadewa.
Parvati berkata: “O Agni, kau akan menjadi pemangsa segalanya dan jivamu akan tidak tenang. Kau adalah mahkluk yang bodoh. Kau tidak menyadari prinsip Siva. Kau telah lancang berani melaksanakan tugas para dewa. Tidak benar dan pantas jika kau berani menelan sperma Siva. Kau adalah mahkluk yang kasar, jahat dan senantiasa memberikan perhatian pada hal-hal jahat” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 20-21). [Api membakar apa saja yang dilahapnya, tidak pandang apakah dia baik-baik ataukah jahat]
“Karena tidak sanggup menahan kekuatan sperma itu maka mereka menjadi kesakitan. Visnu dan yang lainnya telah hilang kesadaran oleh kutukan Parvati. Selanjutnya Visnu dan para dewa lainnya menjadi tidak sanggup mengendalikan diri dan merasakan panas menyengat. Maka dalam keadaan itu mereka kemudian meminta perlindungan pada Siva” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 26-27).
Para dewa memuja Siva dan Parvati dengan rendah hati. Para dewa berkata “O Siva, dewa yang tertinggi, secara khusus kami bersujud kepada anda, selamatkanlah kami yang terpanggang oleh sperma anda. O Siva mohon hapuskan derita yang kami alami ini. Karena kalau tidak maka kami pasti akan hancur. Selain anda tidak akan ada yang bisa menyelamatkan kami” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 33-34).
Mahadewa berkenan atas permohonan para penyembahnya. Siva bersabda, “Atas kehendakku, kalian harus memuntahkan spermaku itu. Maka dengan demikian kalian akan bisa selamat ” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 37).
Setelah menerima perintah itu, para dewa memuntahkan sperma itu dan merunduk setelah sebelumnya merenungkan Siva yang kekal. “Maka sperma Siva yang cemerlang dan berwarna keemasan itu kemudian jatuh ke tanah dan saking tinggi dan besarnya ia tampak seperti menyentuh langit” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 39).
Para dewa segera berbahagia dan tersadar, kemudian memuji keagungan Siva. Hanya dewa Agni yang tidak berbahagia. Dewa Agni yang sedih lalu memuji Siva. Siva pun berkenan.
Siva bersabda; “Adalah sebuah perbuatan yang tidak layak yang telah kau lakukan dengan menelan sepermaku. Oleh karena itulah dosa itu harus kau tanggung dan rasa panas itu tetap menyengatmu. Akan tetapi sekarang kau telah meminta perlindungan kepadaku, maka dipastikan kau akan bahagia. Aku berkenan kepadamu. Semua penderitaanmu akan dilebur” (Siva Purana, Rudra Samhita IV, Kumara Khanda II. 46-47).
Dewa Agni kemudian mengalihkan energi sperma itu kepada 6 wanita di puncak Himawan, raja gunung tidak tahan dengan panas energi itu lalu melemparkannya ke sungai gangga. Gangga membawanya ke hutan Sara, kemudian berubah menjadi pemuda tampan, mendapat pendidikan dari Rsi Visvamitra. Suatu hari, Guha/Kartikeya mendengar keributan dari enam wanita, Ia pun berubah menjadi enam wujud untuk menyenangkan ke enam wanita itu. Kartikeya kemudian dijadikan anak angkat oleh enam wanita Krttika itu.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap mahkluk dikuasai oleh nafsu seks yang membawa kita pada penderitaan. Nafsu seks yang berlebih itu harus dibuang dari pikiran. Seseorang yang gila akan nafsu seks, hingga orang itu menelan sperma pasangannya, akibatnya akan mengalami penderitaan yang membara, panas menyengat tubuh. Akibat dari perbuatan itu, maka seseorang akan kehilangan kesadaran, kehilangan pengendalian diri, dan pada akhirnya mengalami penderitaan bagaiakan dibakar bara api yang tiada henti. Akan tetapi bila kita mau berserah diri kepada Tuhan (bertobat), maka beliau pasti berkenan menyelamatkan kita dari penderitaan akan dosa menelan sperma.
[Kisah ini diceritakan dewa Brahma kepada Narada. Diceritakan kembali oleh Sanatkumara bercerita kepada Rsi Vyasa, Rsi Vyasa bercerita kepada Romaharsana (Muridnya) dan ditulis dalam kitab Siva Purana].
Catatan: sloka atau ayat dikutip loncat-loncat, agar ceritanya tidak terlalu banyak, kemudian diringkas untuk menghubungkan ceritanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H