Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sungkeman Dalam Tradisi Veda

19 Oktober 2014   03:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:31 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dengan memuja Anda, Parvati dan Siva, maka aku telah mengelilingi bumi yang terbentang luas dengan samudranya” (Siva Purana, Rudra Samitha, Kumara Khanda XIX.37).

“Ia yang memuja dan memutari orang tuanya, akan mendapatkan pahala sama seperti mengelilingi seluruh bumi. Sedangkan ia yang meninggalkan orang tuanya di rumah dan kemudian melakukan perjalanan suci ke tempat suci akan melakukan dosa pembunuhan” (Siva Purana, Rudra Samitha, Kumara Khanda XIX.39-40).

“Tempat suci bagi seorang anak adalah kaki Padma orang tuanya. Sedangkan tempat suci lainnya bisa dijangkau dengan melakukan perjalanan jauh. Tempat suci ini begitu dekat, dengan mudah bisa dicapai dengan sebuah alat yang berupa kebajikan. Untuk seorang anak dan istri, tempat suci yang paling bertuah adalah rumah itu sendiri” (Siva Purana, Rudra Samitha, Kumara Khanda XIX.41-42).

Dengan alasan itu, maka Ganesha dinyatakan sebagai pemenangnya, Ia dinikah dengan Siddhi dan Budhi putri dari Prajapati Visvarupa. Siddhi melahirkan Ksema, dan Buddhi melahirkan Labha.

Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa ‘Sungkeman’ berasal dari tradisi Veda, meski dalam praktek di Bali dalam bentuk sembah. Namun, dalam Tradisi India adalah bersujud di kaki orang tua. Demikian juga halnya ketika pamitan atau pun baru pulang ke rumah, seorang anak memberi hormat kepada orang tua dengan menyentuh kakinya (perhatikan juga film Mahabharata ketika para Pandawa menyentuh kaki ibunya, dewi Kunti).

Tradisi ‘Sungkeman’ ternyata masih melekat dalam budaya Jawa, dan anehnya masyarakat Hindu menganggap tradisi ini berasal dari ajaran Islam, padahal dalam pandangan kaum intelektual Islam bahwa tradisi Sungkeman dianggap bidah (bertentangan dengan hukum Islam), meski beberapa orang Islam berpandangan bahwa sungkeman sesuai dengan hadist riwayat, namun tradisi Sungkeman tidak dikenal dalam tradisi masyarakat dimana agama Islam berasal (?).

Catatan: Kisah perlombaan mengelilingi bumi, diceritakan kembali dari isi Siva Purana, bukan berdasarkan film Mahadewa, yang agak berbeda sedikit, karena film Mahadewa diambil dari berbagai sumber kitab purana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun