Mohon tunggu...
Merry Astuti Handayani
Merry Astuti Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Administrasi Rumah Sakit Universitas Singaperbangsa Karawang

Membaca dapat membuka mata kita akan banyak hal. Itulah hobi yang saya sukai. Dengan kemajuan teknologi saat ini, hobi dapat dilakukan dimana pun dan kapanpun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pahlawan Kebersihan Krisis Apresiasi, Tukang Sapu dan Tukang Sampah Kurang Dihargai

9 November 2024   23:14 Diperbarui: 9 November 2024   23:23 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dewasa ini, banyak sekali pekerjaan yang sudah diambil alih oleh teknologi. Namun, ada beberapa pekerjaan yang tak mudah untuk diambil alih oleh teknologi. Salah satunya adalah tukang sapu dan tukang sampah

Meski kini marak peralihan dari tenaga manusia ke tenaga robot, kedua profesi ini sekiranya sulit untuk dialihkan lantaran terkendala biaya yang besar dan banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada profesi ini. 

Kedua pekerjaan ini sering kita jumpai di sekolah, tempat kerja dan tempat tempat umum lainnya. Profesi ini memiliki dedikasi tinggi terhadap lingkungan. Namun, banyak dari kita yang beranggapan bahwa profesi ini adalah pekerjaan yang remeh. Padahal, mereka sangat bergantung pada orang-orang yang bekerja sebagai profesi ini.

Mengapa demikian? Sebenarnya apa yang membuat orang yang memiliki pekerjaan itu dipandang sebelah mata? Langkah apa yang harus kita ambil dalam hal ini? 

Kontribusi yang diberikan tidak sebanding dengan yang mereka dapatkan

Dengan adanya tukang sapu dan tukang sampah, lingkungan yang kotor menjadi bersih. Namun, kontribusi mereka ini sering kali tidak dianggap oleh instansi juga masyarakat. Dipandang sebelah mata sudah menjadi makan sehari-hari mereka.

Mereka seharusnya mendapat apresiasi tinggi atas kerja kerasnya. Tanpa mereka, lingkungan mungkin terlantar dengan berbagai sampah yang berserakan. Tanpa mereka, kebersihan dan kenyamanan sulit dicapai. Saat kita berjalan melewati suatu jalan atau pergi ke tempat umum, kita menjadi lebih nyaman karena lingkungan bersih tanpa sampah sampah yang menumpuk di sepanjang jalan.

Sayangnya, pengunjung tempat-tempat umum, seperti sekolah, tempat wisata, atau perusahaan sering kali kurang memberikan apresiasi kepada mereka dan menganggap mereka tidaklah penting, sehingga keberadaan mereka tidak perlu dihiraukan. Padahal, berkat mereka, lingkungan menjadi lebih nyaman dan sedap dipandang.

Di lingkungan sekolah, peran mereka mendukung terciptanya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif, sehingga membuat para siswa dapat fokus menyerap ilmu yang mereka dapat dari guru-guru mereka. 

Dianggap rendahan oleh stigma sosial

Para siswa cenderung tidak menghargai kerja para petugas kebersihan tersebut dengan membuang sampah tidak pada tempatnya di saat mereka baru saja membersihkannya. Tak sedikit siswa yang bersikap kurang ajar dengan para petugas kebersihan sekolah. Mereka menganggap pekerjaan itu “hina” karena bersinggungan langsung dengan tumpukan sampah. Disinilah, krisis etika itu terjadi.

Dalam sistem organisasi, mereka berada di paling bawah, sehingga membuat upaya yang mereka berikan tidak begitu dilihat oleh sesama pekerja lainnya. Banyak yang menganggap pekerjaan sebagai tukang sapu dan tukang sampah tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga mereka merasa tidak peduli atas apa yang telah dikerjakan oleh tukang sapu dan tukang sampah. 

Tak sedikit karyawan di suatu instansi yang merendahkan mereka dan tak menghargai kerja mereka. Tak hanya karyawan dengan tingkat rendah, para pemimpin perusahaan juga banyak yang melakukan hal yang tak pantas itu. 

Mereka dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, padahal sudah disediakan banyak sekali tempat sampah di sekitar mereka. Hal seperti ini memperlihatkan pada kita bahwa tingkat kesadaran dalam menghargai pekerjaan tukang sapu dan tukang sampah masih rendah.

Rendahnya apresiasi yang diberikan oleh sesama pekerja itulah yang membuat para tukang sapu dan tukang sampah ini tidak dihargai. Hal ini dapat menurunkan semangat kerja yang mereka miliki yang berujung pada penurunan kualitas kerja mereka dan mempengaruhi kebersihan lingkungan tersebut.

Padahal, apresiasi yang dapat diberikan tidak semata-mata tentang materi, tapi juga dapat berupa ucapan atas kerja keras mereka selama ini, yang membuat mereka merasa diakui keberadaannya.

Peningkatan apresiasi mendongkrak motivasi

Sekarang waktunya mengubah perspektif kita kepada tukang sapu dan tukang sampah. Setiap orang yang terlibat dalam suatu instansi, baik pekerja tingkat tinggi ataupun pekerja tingkat rendah, haruslah memiliki rasa saling menghargai antar sesama yang tinggi agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. Rangkul mereka demi mewujudkan kebersamaan yang harmonis. Apresiasi sekecil apapun itu bisa menciptakan kesejahteraan di lingkungan itu. 

Pemerintah harus ikut andil dalam hal ini. Karena bagaimanapun juga mereka adalah bagian dari pemerintah, yaitu Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup di bawah naungan pemerintah daerah. 

Dengan kebijakan-kebijakan yang diterbitkan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui berbagai hal, seperti pemerataan jaminan sosial, alat pelindung diri, dan fasilitas penunjang lainnya. Mengapa hal tersebut perlu segera direalisasikan? Agar ketimpangan yang terjadi pada tukang sapu dan tukang sampah di masyarakat dapat dikurangi dan meningkatkan produktivitas mereka dalam bekerja.

Masyarakat juga harus menghargai kerja yang telah dilakukan tukang sapu dan tukang sampah, karena bagaimanapun juga berkat mereka lingkungan menjadi lebih nyaman untuk disinggahi. Menjadi elemen vital dalam masyarakat membuat mereka memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga kebersihan lingkungan. 

Untuk itu, hargailah dan anggap mereka sebagai salah satu orang berjasa dalam kelestarian lingkungan ini karena hal ini dapat menambah semangat mereka untuk terus berkontribusi pada lingkungan.

Para siswa harus diberi kesadaran terkait etika dengan para petugas kebersihan dan juga pekerja lainnya yang ada di lingkungan sekolah. Karena boleh jadi, sikap mereka yang apatis dengan para pekerja dapat menyakiti hati para pekerja tersebut, sehingga menurunkan semangat kerjanya. Hal ini pula berujung pada ketidaktuntasan tugas yang mereka lakukan untuk lingkungan sekolah tersebut. 

Dengan melibatkan tukang sapu dan tukang sampah di beberapa kegiatan sekolah, pihak sekolah membuka jalan untuk membangun keakraban antara petugas kebersihan sekolah dengan warga sekolah lainnya, yang meningkatkan motivasi kerja dan keharmonisan lingkungan kerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun