Mohon tunggu...
Merritt Waromi
Merritt Waromi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bagi Cerita dan Informasi dari Tanah Papua

Saya seorang Wiraswasta dan saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meteo

30 Juli 2021   16:52 Diperbarui: 30 Juli 2021   17:10 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memperkaya ilmu, ia juga pergi belajar ke salah satu pengusaha, Mama Suebu, yang telah lama menggeluti bisnis sagu.

“Sebagai orang baru, saya merasa perlu belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman, jadi sering ke tempat Mama Suebu di Sentani untuk diskusi terkait tepung sagu. Beliau ini cukup lama lebih dulu berkecimpung di dunia sagu,” tutur mantan karyawan Pertamina ini.

Dari mana nama “Meteo” berasal? Menurutnya, dalam bahasa masyarakat Ambai, Serui, Meteo secara harafiah berarti “kau bilang apa?”.

20210730-182942-0000-1-6103c6b2152510658663fb62.png
20210730-182942-0000-1-6103c6b2152510658663fb62.png
Mama Ice beruntung, tahun lalu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Laduani Ladamay mengunjunginya.

“Bapak datang langsung ke tempat saya di Dok 5, melihat rumah penjemuran sagu yang apa adanya, akhirnya beliau membantu  dengan rumah sungkup.”

img-20210729-wa0026-1-6103c76306310e45ca2e2622.jpg
img-20210729-wa0026-1-6103c76306310e45ca2e2622.jpg
Dengan rumah sungkup itu, Mama Ice mangaku dapat lebih mepercepat proses produksi. “Hanya butuh dua hari dijemur sudah bisa diolah di mesin.”

img-20210729-wa0019-1-6103c7609f7b9d609a5daf82.jpg
img-20210729-wa0019-1-6103c7609f7b9d609a5daf82.jpg
Menjaga kepercayaan konsumennya, mutu juga dikedepankan, misalnya, tepung yang masa kadaluarsa seharusnya setahun ditarik dalam jangka dua bulan. Limbah industrinya berupa tepung gagal produksi, termasuk tepung yang ditarik dari toko tidak dibuang. Dijual lagi sebagai pakan ternak.

Tahun ini juga, beberapa kelompok sudah datang belajar di tempat Mama Ice sebut saja Lemasko (Lembaga Masyarakat Adat Suku Kamoro) dari Timika, juga Boven Digoel. Ada pula mahasiswa dari Universitas Cenderawasih Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mereka belajar proses produksi hingga pemasaran.

20210730-181459-0000-6103c95515251003196dda22.png
20210730-181459-0000-6103c95515251003196dda22.png
Agar pasarnya makin luas, Mama Ice sedang mengejar sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mimpi Mama Ice lebih jauh lagi, tepung sagu Meteo bisa go internasional. Tidak muluk-muluk, ia hanya mengincar pasar negara jiran Indonesia, Papua Nugini.

“Masuk ke Vanimo, di sana supermarketnya kan besar, itu target saya,” ujarnya optimis.

Tak lupa, ia dan krunya bersiap menyambut perhelatan olahraga terbesar di Indonesia, Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, Oktober mendatang. Ia berupaya meningkatkan jumlah produksi agar dapat memenuhi kebutuhan ole-ole bagi tamu yang datang ke Papua. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun