Memperkaya ilmu, ia juga pergi belajar ke salah satu pengusaha, Mama Suebu, yang telah lama menggeluti bisnis sagu.
“Sebagai orang baru, saya merasa perlu belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman, jadi sering ke tempat Mama Suebu di Sentani untuk diskusi terkait tepung sagu. Beliau ini cukup lama lebih dulu berkecimpung di dunia sagu,” tutur mantan karyawan Pertamina ini.
Dari mana nama “Meteo” berasal? Menurutnya, dalam bahasa masyarakat Ambai, Serui, Meteo secara harafiah berarti “kau bilang apa?”.
“Bapak datang langsung ke tempat saya di Dok 5, melihat rumah penjemuran sagu yang apa adanya, akhirnya beliau membantu dengan rumah sungkup.”
Tahun ini juga, beberapa kelompok sudah datang belajar di tempat Mama Ice sebut saja Lemasko (Lembaga Masyarakat Adat Suku Kamoro) dari Timika, juga Boven Digoel. Ada pula mahasiswa dari Universitas Cenderawasih Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mereka belajar proses produksi hingga pemasaran.
“Masuk ke Vanimo, di sana supermarketnya kan besar, itu target saya,” ujarnya optimis.
Tak lupa, ia dan krunya bersiap menyambut perhelatan olahraga terbesar di Indonesia, Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, Oktober mendatang. Ia berupaya meningkatkan jumlah produksi agar dapat memenuhi kebutuhan ole-ole bagi tamu yang datang ke Papua. (*)