Lasem, sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah, tak hanya dikenal sebagai kota santri dan kota batik. Lasem juga menyimpan jejak peradaban Islam yang begitu kaya, yang kini dirangkum dalam Museum Islam Nusantara. Berlokasi di jantung kota yang sarat akan sejarah, museum ini menjadi jendela untuk mengenal lebih dekat perjalanan Islam di Nusantara.
Museum Islam Nusantara bukan sekadar tempat untuk menyimpan artefak, melainkan sebuah ruang interaktif yang mengajak pengunjung menyelami perjalanan panjang Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Dengan koleksi yang beragam, museum ini menawarkan wawasan yang tak hanya mengedukasi tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk mengenal akar budaya dan keimanan mereka.
Lasem memiliki sejarah panjang sebagai salah satu pintu masuk perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara. Kota ini merupakan tempat bertemunya berbagai budaya, termasuk Tionghoa, Jawa, dan Arab, yang semuanya memiliki kontribusi dalam membentuk identitas Lasem. Tak heran jika Lasem sering disebut sebagai "Titik Nol Peradaban Islam Jawa."
Museum Islam Nusantara didirikan dengan tujuan melestarikan jejak sejarah tersebut. Bangunan museum ini berdiri di sebuah rumah tua bergaya arsitektur kolonial yang telah dipugar, sehingga menambah kesan autentik dari masa lalu. Di dalamnya, pengunjung dapat menemukan berbagai koleksi seperti manuskrip kuno, artefak sejarah, alat-alat dakwah, hingga miniatur kapal dagang yang menggambarkan peran Lasem sebagai pelabuhan strategis di masa lalu.
Salah satu daya tarik utama Museum Islam Nusantara adalah koleksi manuskrip Al-Qur'an kuno yang berasal dari abad ke-16. Manuskrip ini menunjukkan bagaimana Islam dipelajari dan diajarkan di Nusantara pada masa awal. Teks-teks tersebut ditulis dengan aksara Arab Pegon, yang merupakan bukti adaptasi lokal terhadap pengaruh Islam.
Selain manuskrip, museum ini juga menampilkan berbagai artefak lainnya, seperti keramik Tiongkok yang bertuliskan kaligrafi Arab, peralatan salat yang digunakan oleh ulama-ulama Lasem, hingga peta kuno jalur penyebaran Islam di Nusantara. Tak ketinggalan, replika miniatur masjid tua di Lasem yang pernah menjadi pusat dakwah juga turut dipamerkan.
Yang membuat museum ini unik adalah pendekatan interaktifnya. Di salah satu ruang pameran, pengunjung dapat mencoba menulis aksara Arab Pegon menggunakan alat tradisional. Selain itu, terdapat layar multimedia yang menampilkan film pendek tentang peran ulama-ulama Lasem dalam penyebaran Islam di Jawa.
Lasem tak hanya menjadi saksi masuknya Islam, tetapi juga harmoni antarbudaya. Di museum ini, pengunjung diajak melihat bagaimana Islam hidup berdampingan dengan budaya Tionghoa dan Jawa. Hal ini terlihat dari artefak seperti guci-guci Tiongkok yang dihias dengan motif Islami, serta ukiran-ukiran kayu pada bangunan masjid yang mengadopsi gaya arsitektur Tiongkok.
Lasem juga dikenal dengan kisah para wali dan ulama besar yang berperan dalam penyebaran Islam. Salah satu figur yang banyak dikisahkan adalah Sunan Bonang, yang menurut cerita rakyat, menjadikan Lasem sebagai salah satu basis penyebarannya. Museum ini memberikan penghormatan kepada para ulama tersebut dengan menampilkan biografi singkat dan kontribusi mereka dalam penyebaran Islam di Jawa.
Museum Islam Nusantara juga aktif dalam menyelenggarakan berbagai program edukasi, seperti workshop kaligrafi, diskusi sejarah Islam, dan kelas membatik motif Islami. Program-program ini dirancang untuk menarik minat generasi muda agar lebih mengenal sejarah Islam dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
Selain itu, museum ini juga menjadi pusat kajian Islam Nusantara, di mana para peneliti, pelajar, dan akademisi dapat mempelajari berbagai sumber sejarah yang belum banyak diungkap. Dengan demikian, museum ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga pusat ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari Lasem, Museum Islam Nusantara memiliki potensi besar untuk mendukung wisata religi di kawasan ini. Wisatawan yang datang ke Lasem biasanya tertarik untuk mengunjungi berbagai situs bersejarah, seperti Masjid Jami' Lasem, makam-makam ulama, dan kawasan Pecinan kuno. Dengan adanya museum ini, wisatawan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Lasem dalam sejarah Islam Nusantara.
Lasem yang kini tengah berbenah menjadi destinasi wisata budaya dan religi, dapat menjadikan museum ini sebagai salah satu daya tarik utamanya. Pengelola museum bekerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas lokal untuk terus mengembangkan fasilitas dan promosi agar lebih banyak pengunjung dapat menikmati kekayaan sejarah ini.
Di tengah modernisasi dan globalisasi, Museum Islam Nusantara hadir sebagai pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah. Kehadirannya tidak hanya untuk menyimpan artefak, tetapi juga untuk merawat identitas masyarakat Muslim Indonesia.
Museum ini menjadi simbol bagaimana Lasem, sebuah kota kecil dengan sejarah besar, tetap memegang teguh akar budayanya sambil terus membuka diri terhadap perkembangan zaman. Dengan dukungan berbagai pihak, Museum Islam Nusantara di Lasem diharapkan dapat terus berkembang menjadi pusat pendidikan dan wisata sejarah yang bermanfaat bagi generasi mendatang.
Museum Islam Nusantara adalah undangan bagi siapa saja yang ingin menyelami jejak peradaban Islam di Nusantara. Melalui museum ini, kita diingatkan bahwa sejarah bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga pijakan untuk melangkah men
uju masa depan.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H