Alhasil, yang kemudian bertandang malahan orang pintar atau paranormal. Mertua saya sempat beranggapan anak kami ketempelan atau sedang diganggu makhluk gaib.Â
Saya menelan ludah dan menarik napas panjang. Untungnya Aya sudah sadar dari kejangnya saat orang pintar itu datang. Kejang yang dialami Aya berlangsung selama lebih kurang 5 menit.Â
Untuk menghormati upaya mertua yang telah memanggilkan orang pintar tersebut, saya dan suami menurut saja mengizinkan Aya untuk diperiksa keadaannya.Â
Alhamdulillah, orang pintar itu menyatakan tidak ada yang sesuatu yang mengganggu Aya. Ia kejang murni karena sakit dan demamnya yang tinggi. Meski sebenarnya saya sudah yakin tidak ada hal-hal yang mengarah ke sana.
Kami diminta untuk mengambil sedikit minyak goreng dicampur irisan bawang merah yang kemudian dibalurkan ke sekujur tubuh Aya supaya demamnya menurun. Demikian pengobatan sederhana ala orang-orang di kampung.Â
Tak lama setelah sadar dari kejang, anak kami tertidur pulas. Saya dan suami bergantian menjaganya sampai pagi. Saat waktu subuh tiba, masih dengan panasnya yang tinggi Aya mengalami kejang berulang.Â
Saya melakukan penanganan dengan segera sama seperti kejang sebelumnya. Kemudian kami pun bergegas membawa Aya berobat ke klinik bidan terdekat sekitar pukul 06.00 WIB.Â
Ketika diperiksa, suhu tubuh Aya sudah mencapai 39C. Di klinik tersebut, Aya diberi obat dan diberi anjuran untuk sering-sering mengompres tubuhnya terutama di bagian yang terdapat lipatan.Â
Kami pun pulang dengan kondisi Aya yang masih sangat lemas. Saya berharap cepat sampai rumah supaya dapat segera memberikan obat tersebut kepada Aya. Namun, di pertengahan jalan suami saya berhenti untuk membeli nasi lemak, kue lupis beserta gorengan.Â
Ingin rasanya saya mengoceh panjang lebar, tetapi kondisi saya pun juga sedang lapar-laparnya sama seperti halnya suami.Â
Setibanya di rumah, Aya kembali kejang saat saya tengah meminumkannya obat. Saya pun refleks menjadi panik lagi sambil melakukan penanganan seperti pada kejang sebelumnya juga. Sekitar 3 menit kemudian ia tersadar lalu saya segerakan untuk meminum obat.Â