Identitas Buku
Penulis             : Tere Liye
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman   : 360 Halaman
Harga Buku         : Rp 85.000
Tahun Terbit       : Kelima, 2021
Nomor ISBN Â Â Â Â Â Â Â : 9786020647821
Sinopsis
Kita tidak sempurna. Kita mungkin punya keburukan, melakukan kesalahan, bahkan berbuat jahat, menyakiti orang lain. Tapi beruntunglah yang mau berubah. Berjanji tidak melakukannya lagi, memperbaiki, dan menebus kesalahan tersebut.
Mari tutup masa lalu yang kelam, mari membuka halaman yang baru. Jangan ragu-ragu. Jangan cemas. Tinggalkanlah kebodohan dan ketidakpedulian. "Selamat Tinggal" suka berbohong, "Selamat Tinggal" kecurangan, "Selamat Tinggal" sifat-sifat buruk lainnya.
Karena sejatinya, kita tahu persis apakah kita memang benar-benar Bahagia, baik, dan jujur. Sungguh "Selamat Tinggal" kepalsuan hidup.
Selamat membaca novel ini. Dan jika kamu telah tiba di halaman terakhirnya, merasa novel ini menginspirasimu, maka kabarkan kepada teman, kerabat, keluarga lainnya. Semoga inspirasinya menyebar luas.
Pendahuluan
Saya menemukan novel di rak buku di Gramedia dengan judul yang sangat menarik "Selamat Tinggal" dengan penulisnya yang tidak asing bagi penikmat novel, Tere Liye. Anggapan saya tentang Tere Liye ini, apabila diperhatikan setiap novelnya meskipun berisi kesedihan atau keharuan, selalu ada beberapa nilai penting di dalamnya yaitu tenatang mengkritik suatu hal. Misalnya kritik sosial terhadap suatu masyarakat, bahkan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Sebelum saya membaca novel "Selamat Tinggal" ini saya sempat berpikir, ada kritik apa di dalam novel ini. Dan benar, novel ini di dalamnya dipenuhi dengan kritikan, terutama kritikan tentang pembajakan karya atau produk.
Novel ini pertama kali diterbitkan tahun 2020. Yang kita tahu di tahun tersebut sudah mulai merebak pandemi covid-19. Dari awal pandemi, sebagian besar orang melakukan aktivitas dari rumah, baik itu pekerja, mahasiswa, bahkan pelajar. Dan sejak itu, saya menyaksikan di twitter banyak penulis yang ramai mengunggah keluhan mereka tentang semakin maraknya novel-novel atau ebook bajakan karya-karya mereka, yang beredar bebas.
Menurut beberapa survey juga, pada awal pandemi para penikmat atau pengguna media pembajakan semakin meningkat. Novel dan ebook juga termasuk di dalamnya. Meskipun, pembajakan memang sudah ada sejak lama. Dan ketika pandemi ini mungkin penikmat karya yang tidak ingin mengeluarkan biaya (gratisan) semakin meningkat. Atau dengan kata lain, penikmat karya yang semakin meningkat tapi tidak menghargai si pembuat karya.
Mungkin dari keresahan Tere Liye inilah yang melahirkan novel "Selamat Tinggal".Â
----------------------------------------------------------------------------------------------
Novel ini sangat khas Tere Liye yang selalu menggunakan alur maju mundur. Tere Liye mengemaskan dengan menceritakan seorang Sintong Tinggal yang berasal dari Sumatera dan merupakan mahasiswa tingkat akhir, dengan skripsinya yang tidak kunjung selesai. Selain itu, Sintong adalah penjaga toko buku bajakan yang laris dikunjungi mahasiswa.
Awalnya Sintong adalah mahasiswa yang sangat bersemangat dan selalu mengisi koran nasional dengan tulisan kritis. Tapi ketika pulang ke Sumatera, pujaan hatinya yang merupakan semangatnya sejak awal lebih memilih pria lain. Dan membuatnya patah hati. Dia seperti kehilangan semangat, untuk melanjutkan hidupnya. Hingga skripsinya tidak ia selesaikan, dan tulisannya juga lama tidak dimuat di koran nasional.
Ketika menjaga toko buku bajakannya, Sintong bertemu dengan mahasiswi bernama Jes, dengan temannya bernama Bunga. Ternyata mereka adalah adik tingkatnya di kampus. Dan juniornya di komunitas jurnalis di kampusnya. Rupanya Sintong sangat tertarik dengan Jess. Berkatnya pula, semangat hidup Sintong untuk melanjutkan kuliah dan menulisnya seakan kembali.
Suatu hari, Sintong seakan menemukan harta karun di toko buku bajakannya. Dia menemukan salah buku bajakan dari seorang penulis besar bernama Sutan Pane, yang hilang dari catatan sejarah literasi nasional. Karena kecintaannya kepada karya dan cerita hidup dari penulis tersebut, Sintong pun memutuskan buku tersebut sebagai bahan skripsinya. Setelah berkonsultasi, Sintong pun mendapat persetujuan dari dosen pembimbingnya, yang merupakan dekan dari fakultasnya.
Dari mengerjakan skripsinya tersebut, Sintong berhasil menelusuri kehidupan seoarang Sutan Pane sebagai seorang penulis yang sangat kritis terhadap pemerintahan ketika itu. Dia menemui orang-orang yang berkaitan erat dengan kehidupan Sutan Pane, hingga mendapat informasi penting tentang hilangnya Sutan Pane dari dunia kepenulisan. Berkat penelusuran tersebut, berhasil membangkitkan semangat menulisnya. Hingga akhirnya tulisan Sintong berhasil dimuat di koran nasional lagi.
Disisi lain, hubungannya dengan Jess juga semakin dekat. Jess lebih sering belajar menulis ke Sintong. Mereka juga saling berkomunikasi dan menceritakan keseharian mereka. Sintong pun juga sempat dikenalkan ke Mamanya Jess.
Sebenarnya, Sintong semakin terganggu dengan kehidupannya yang menjaga toko buku bajakan. Dia merasa kegiatannya itu tidak sesuai dengan tulisannya yang idealis. Tapi, dia tidak berani untuk mengakhiri karena takut menyakiti Paklik dan Buliknya. Â
Semakin maju jaman dan teknologi, semakin mudah pula orang-orang untuk mendapatkan barang-barang murah. Paklik dan Buliknya juga tidak ketinggalan jaman untuk memasarkan buku bajakannya. Dia menyuruh Sintong untuk mengembangkan toko bajakannya dengan membuka toko online. Jadi, Sintong semakin terbebani dan sangat merasa tidak sesuai dengan hari nuraninya. Namun, lagi-lagi karena merasa tidak enak akan kebaikan mereka, Sintong pun membantu membuatkan toko online di salah satu marketplace.
Ditengah kedekatannya dengan Jess, Sintong mendapatkan kabar bahwa cinta pertamanya yang beranama Mawar Terang Bintang masuk penjara di Jakarta dan meminta Sintong untuk menemuinya. Dan saat itu, Sintong benar-benar kalut dan resah. Sintong tidak ingin menemuinya, khawatir perasaannya akan tumbuh lagi. Tapi, di lain sisi dia sangat mengkhawatirkan Mawar Terang Bintang. Dia sangat penasaran apa yang membuat cinta pertamanya itu masuk penjara. Hingga akhirnya, dia pun tetap menemui Mawar Terang Bintang. Dan ketika itu dia menyadari, ternyata perasaannya untuk Mawar Terang Bintang masih belum hilang. Jess harus merasakan kecewa karena perasaannya kepada Sintong tak terbalas.
Di akhir cerita, Sintong berhasil menyelesaikan skripsinya dan memberanikan diri untuk tidak melanjutkan membantu toko buku bajakan Paklik dan Buliknya, dengan konsekuensi Paklik dan Buliknya merasa dikecewakan oleh Sintong.
Penutup
Menurut saya, novel ini sangat mudah dipahami dan sangat menarik untuk dibaca. Melalui novel ini, Tere Liye benar-benar mampu menyindir keras para penikmat produk bajakan yang saat ini kian marak, khususnya buku atau pun novel. Â Dengan alur maju mundurnya pula, Tere Liye juga menghadirkan kisah lain dalam novel ini, yaitu kisah cinta Sintong dengan Mawar Terang Bintang.