Namun sangat disayangkan rasio keikutsertaan penduduk Indonesia yang berinvestasi di pasar modal kurang dari 5 persen, tertinggal jauh dari Amerika Serikat (AS) dengan rasio mencapai 55 persen, Singapura mencapai 26 persen, bahkan Malaysia mencapai 9 persen. Sedangkan dengan berinvestasi dipasar modal para anak muda tidak hanya sekedar berinvestasi namun juga dapat mendukung kestabilan perekonomian negara.
Maka dari itu dengan mengedukasi tentang finansial kepada rakyat Indonesia diharapkan dapat mendorong laju investasi pasar modal seperti saham, reksadana, maupun obligasi di Indonesia. Juga dengan mempunyai keterampilan dalam pengelolaan keuangan Milenial dan Gen-Z juga tidak rentan jatuh pada kemiskinan setelah paham konsep dari dana darurat dan juga lebih mengedepankan menabung terlebih dahulu daripada mengutamakan pengeluaran yang dianggap kurang penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi pengurangan jumlah penduduk miskin di Indonesia.
 Jika milenial dan Gen-Z Indonesia menjadi generasi melek keuangan, kekuatan ini juga dapat berpengaruh pada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di Indonesia. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melihat bahwa adanya hubungan di antara banyaknya masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam literasi keuangan dengan skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang ada pada negara tersebut melalui edukasi kemampuan keuangan (financial education).
Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), kemampuan dalam melek keuangan akan berdampak langsung kepada peningkatan kualitas SDM, saat individu tersebut belajar bagaimana cara dalam menganalisa suatu masalah, mengambil keputusan, dan mengukur risiko dalam permasalahan ekonomi yang terjadi.
Secara perlahan kemampuan setiap individu ini dapat berdampak pada akselerasi angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indonesia, khususnya pada kelompok masyarakat usia produktif.
. Upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan salah satunya adalah dengan penerbitannya Strategi Nasional Literasi Keuangan (SNLKI) pada tanggal 19 November 2013. Strategi dari SLNKI adalah pertama dengan meningkatkan awareness dan pemahaman masyarakat mengenai lembaga, produk dan layanan dari berbagai jasa keuangan. Kedua, membangun masyarakat yang memiliki ketahanan keuangan yang kuat dalam menghadapi berbagai kondisi keuangan termasuk guncangan keuangan. Ketiga, meningkatkan jumlah pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan oleh masyarakat.
Kesimpulannya dengan meningkatkkan literasi keuangan kepada masyarakat tentunya dapat berdampak postitif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terlebih lagi dengan Milenial dan juga Gen-Z yang lebih menguasai bidang teknologi diharapkan mampu menggunakan internet untuk informasi tentang kemampuan dalam mengelola finansial. Selain mempelajari tentang pengelolaan keuangan, Milenial dan Gen-Z seharusnya dapat lebih menguasai instrument investasi yang berbasis online. Kebijakan pengembangan literasi keuangan Indonesia harus fokus tidak hanya pada program pendidikan keuangan pada tingkat pendapatan tinggi, tetapi juga pada tingkat pendapatan menengah seperti sekolah menengah dan atas.
 Dengan pemahaman yang baik tentang literasi keuangan Milenial dan Gen-Z secara merata tentunya dapat menurunkan persentase penduduk miskin dalam beberapa tahun mendatang dan juga dapat memudahkan kemajuan dari perekonomian Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mempunyai tingkat well literate diatas 70% tentunya dapat lebih siap apabila Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H