Mohon tunggu...
Mercy White Victoria
Mercy White Victoria Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa aktif kelas 11

Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Roma 8:25

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Makna Hidup yang Sesungguhnya: Resensi Buku Offline

30 Januari 2025   10:57 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:02 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gramedia.com

Identitas Buku

Judul Buku: Offline - Finding Yourself in the Age of Distractions

Pengarang: Desi Anwar

Genre: Nonfiksi

Kategori Buku: Pengembangan Diri

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Cetakan Keempat

Tahun Terbit: 2022

Bahasa: Inggris

Tebal Buku: 248 halaman

Dimensi Buku: 135 x 200mm

ISBN: 9786020640594

"Technology is a good slave, but a bad master," tulis sang pengarang dalam kata pengantar buku ini. Kalimat tersebut dijadikan gambaran awal mengenai pesan yang ingin disampaikan pengarang.

Buku berjudul "Offline" ini adalah karya keenam dari Desi Anwar, yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, pertama kali pada tahun 2020. Sebelum buku ini terbit, Desi Anwar sudah terlebih dulu dikenal sebagai seorang jurnalis dan pembawa acara sejak 1990. Disamping dirinya sebagai seorang jurnalis, ia juga hobi fotografi, jalan-jalan, dan menulis, hingga akhirnya buku ini dapat tercipta.

Judul buku "Offline", yang berarti luring dalam bahasa Indonesia, sangat unik, dan mempunyai makna yang dalam. Sang pengarang tidak hanya mengambil secara mentah makna kata offline dalam artian digital, melainkan hubungan manusia dengan teknologi.

Desi Anwar mengangkat tema tentang kehidupan, yang dieksplorasi melalui berbagai macam pendekatan. Alhasil, memberikan wawasan yang baru kepada pembaca mengenai suatu hal yang seringkali dianggap remeh. Lewat tema besar tersebut, buku ini dibagi menjadi dua bagian, seni mengapresiasi hidup dan mengejar kebahagiaan sejati.

Pada bagian pertama buku ini, pembaca diajak untuk menyadari pentingnya mengasah kembali panca indera yang semakin terabaikan akibat kecanduan teknologi. Kebiasaan bergantung pada gawai dalam setiap aktivitas telah dianggap wajar, meski sesungguhnya melemahkan kepekaan indera manusia (hlm. 15). Desi Anwar menegaskan lewat kesebelas subbab ini, bahwa seni kehidupan sejati berada di kelima panca indera manusia.

Bagian kedua buku ini, yang terdiri dari 28 subbab, berfokus pada cara menemukan kebahagiaan sejati, yaitu melalui rasa syukur. Kemudahan yang ditawarkan teknologi seringkali mengurangi rasa syukur pada hal-hal yang kecil (hlm. 100). Lantas, makna kehidupan semakin memudar. Oleh karena itu, pengarang mengajak pembaca untuk merenung, mengelola emosi, dan menyikapi hidup dengan hati yang riang dan penuh syukur.  

Desi Anwar menggarisbawahi bahwa teknologi hadir tidak lebih sebagai alat untuk membantu manusia. Hal ini mengingatkan bahwa di zaman sekarang, manusia terus bergantung dengan kecanggihan teknologi, yang perlahan merusak kehidupannya. Jika perkembangan ini tidak disikapi dengan bijak, bukan tidak mungkin suatu saat nanti teknologi akan menjadi tuan atas manusia (hal. 74).

Kelebihan:

Patut dipuji bahwa buku berjudul "Offline" ini dikarang dengan terjemahan bahasa Inggris yang tepat oleh sang pengarang sendiri. Desi Anwar mampu untuk menyampaikan gagasannya dengan baik, tanpa ketinggalan satu atau dua pesan.

Tidak hanya menarik dari segi isi, tetapi buku ini juga memiliki penampilan desain minimalis yang menarik pembeli untuk terus membaca. Sampul buku yang dipenuhi oleh dedaunan bunga dengan warna pastel, menggambarkan nuansa ketenangan yang sangat sesuai dengan tema reflektif buku ini. Perpaduan warna yang harmonis ini mengundang pembaca untuk memasuki dunia yang penuh dengan pemikiran introspektif.

Buku ini terdiri dari beberapa bab yang diuraikan sederhana tetapi kaya akan makna, sehingga pembaca seolah akan tersadar kembali tentang fungsi dan kegunaan teknologi yang sesungguhnya. Setiap bagian pembaca akan dipertemukan dengan rangkaian kata-kata bijak dari berbagai macam tokoh dalam sepanjang abad yang menginspirasi dan memotivasi pembaca ("You are not a failure until you start blaming others for your mistakes" - John Wooden, hlm 158). Hal tersebut tanpa secara langsung juga menambahkan nilai estetika dalam buku ini.

Kemudian, sang pengarang tidak banyak menuangkan kata-kata teknis ke dalam gagasannya. Tidak membuang-buang kata, melainkan langsung pada inti praktiknya lewat kisah nyata sang pengarang (hlm 73). Dengan demikian, pembaca tidak merasa sedang digurui, tetapi bisa belajar dengan mempelajari praktiknya langsung.

Kekurangan:

Seperti yang sudah disinggung di awal, bahwa buku berjudul "Offline" ini merupakan versi terjemahan dalam bahasa Inggris, dimana terdapat beberapa kata bersifat tingkat lanjut (hlm 37). Oleh karena itu, bagi pembaca yang tidak terlalu menguasai bahasa tersebut akan mengalami kesulitan untuk memahami secara utuh pesan sang pengarang. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tidak dapat membaca buku ini, karena terdapat juga versi terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Kemudian, buku ini mempunyai desain yang minimalis, dimana memanfaatkan tipografi kecil yang mempertegas kesederhanaan dan ilustrasi yang tidak berlebihan. Namun, bagi beberapa pembaca dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena ukuran tulisan yang kecil. Kesimpulan, dari segi estetika buku ini telah lolos penilaian.

Rekomendasi:

Buku ini mampu membahas banyak aspek penting mengenai kehidupan secara introspektif, sehingga buku ini lebih berfungsi sebagai refleksi dibandingkan panduan berisi langkah-langkah. Buku berjudul "Offline" menawarkan manfaat yang berbeda-beda bagi setiap pembacanya, tetapi bagi anak-anak muda yang pernah atau sedang mengalami stress dalam hidup akan lebih merasakan dampaknya. Kehadiran buku ini dapat membantu mereka untuk menghadapi tekanan sosial dengan penuh percaya diri dan meluruskan kembali arti kehidupan yang sebenarnya.

Kesimpulan:

Pada akhirnya, buku berjudul "Offline" ini merupakan karya tulis yang sangat relevan. Tidak hanya reflektif tetapi juga memikat untuk dibaca. Gaya penulisan Desi Anwar yang indah berhasil membuat pembaca menerima pesan moral dengan baik, meski pada kenyataannya permasalahan yang diangkat bukanlah suatu hal yang indah atau bahkan mudah diterima.

Buku ini tidak mengajarkan pembaca untuk bergantung pada teknologi seperti menyelesaikan tugas-tugas, tetapi pembaca diajak untuk belajar memanfaatkan teknologi dengan bijak sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik. Bacaan ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas hidup mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun