Mohon tunggu...
Maria Yasinta Deme
Maria Yasinta Deme Mohon Tunggu... Dosen - accounting lecturer

Hobby Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Sendiri, Kuat dan Berkilau "

1 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 1 Juli 2024   19:08 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari pagi menembus jendela kamar apartemenku yang minimalis. Cahaya keemasan itu menyentuh wajahku, namun tak mampu menghangatkan hati yang telah membeku. Secangkir kopi hitam pekat menemani pagi yang sepi, sama seperti hari-hariku yang telah lama kehilangan warna.

Dulu, ada seorang pria yang mengisi hidupku. Namanya Raka, cinta pertama yang kurasa begitu sempurna. Tawanya yang renyah, tatapan matanya yang hangat, dan janji-janjinya yang manis, semua itu pernah menjadi candu bagiku. Namun, semua keindahan itu hancur berkeping-keping saat aku memergokinya berselingkuh.

Air mata yang dulu deras mengalir kini telah mengering. Luka di hatiku telah menganga lebar, meninggalkan bekas yang takkan pernah hilang. Aku mencoba memaafkan, berharap ia berubah. Namun, pengkhianatan itu terjadi lagi, dan lagi.

Hatiku yang rapuh akhirnya hancur berkeping-keping. Aku merasa bodoh karena terus memberikan kesempatan pada seseorang yang tak pernah menghargai perasaanku. Rasa sakit yang begitu mendalam membuatku membangun tembok tinggi di sekeliling hatiku. Aku bersumpah, tak akan ada lagi pria yang bisa menyakitiku.

Aku memutuskan untuk fokus pada diriku sendiri. Aku bekerja keras, mengejar karir impianku. Siang dan malam aku habiskan di kantor, tenggelam dalam pekerjaan. Aku belajar bahasa asing, mengikuti berbagai seminar dan pelatihan, hingga akhirnya aku berhasil meraih posisi yang tinggi di perusahaan multinasional tempatku bekerja.

Prestasiku di dunia kerja membuatku semakin percaya diri. Aku menjelma menjadi wanita karir yang mandiri dan sukses. Penampilanku pun berubah. Aku mengenakan pakaian-pakaian mahal, sepatu hak tinggi, dan tas bermerek. Aku merawat tubuhku dengan baik, pergi ke salon, dan melakukan perawatan kecantikan.

Kehidupanku yang baru ini membuatku merasa puas. Aku menikmati setiap pencapaianku, setiap pujian yang kudapat. Aku merasa kuat dan tak terkalahkan. Aku telah membuktikan pada dunia, terutama pada Raka, bahwa aku bisa sukses tanpa dirinya.

Namun, di balik semua kesuksesan itu, ada rasa hampa yang tak pernah bisa terisi. Setiap malam, saat aku sendirian di apartemenku, bayangan Raka selalu muncul. Kenangan indah yang pernah kami ukir bersama selalu menghantuiku.

Aku mencoba mengisi kekosongan itu dengan menjalin hubungan dengan pria-pria lain. Namun, semua itu hanya sementara. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Raka di hatiku.

Suatu hari, aku bertemu Raka di sebuah acara bisnis. Ia tampak terkejut melihatku. Penampilanku yang dulu sederhana kini berubah drastis. Aku terlihat lebih cantik, elegan, dan percaya diri.

Raka mencoba mendekatiku, namun aku menghindar. Aku tak ingin lagi terluka olehnya. Aku telah menutup rapat-rapat pintu hatiku untuknya.

"Maafkan aku, Dinda," ucap Raka dengan suara lirih. "Aku tahu aku telah menyakitimu. Tapi percayalah, aku menyesal."

Aku menatapnya dengan tatapan dingin. "Penyesalanmu tak ada artinya lagi, Raka. Aku sudah melupakanmu."

Aku berlalu meninggalkannya. Hatiku terasa sakit, namun aku tak mau menunjukkannya. Aku harus tetap kuat. Aku tak boleh terjatuh lagi ke dalam lubang yang sama.

Aku terus melangkah, meninggalkan masa lalu yang kelam. Aku akan terus berkarya, meraih impianku, dan menjadi wanita yang lebih baik lagi. Aku akan membuktikan pada dunia, bahwa aku bisa bahagia tanpa Raka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun