Mohon tunggu...
Mercury Nila
Mercury Nila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Madiun

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas PGRI Madiun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Siapa Anak Saya?" Menghadapi Kebingungan Orang Tua Terhadap Perilaku Anak yang Berbeda

13 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 13 Januari 2025   23:29 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Perilaku anak seperti ini terkadang membuat para orang tua bertanya-tanya. Mengapa anak mereka seperti memiliki kepribadian ganda. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa hal seperti ini disebabkan oleh gangguan mental yang mereka ciptakan sendiri. Ironisnya, orang tua sering kali menyalahkan anak atas perilaku tersebut tanpa introspeksi terhadap pola asuh atau kondisi keluarga yang menjadi penyebab utama. Orang tua tanpa adanya edukasi kesehatan mental akan semakin memperburuk kondisi sang anak. Anak dengan trauma masa kecil membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sembuh. Penanganan anak yang mengalami gangguan mental akibat trauma masa kecil, seperti dalam kasus Fifi, memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan aspek psikologis, sosial, dan medis yang setidaknya dapat mengurangi waktu penyembuhan. Berikut adalah teori dan metode penanganan yang disarankan oleh para ahli :

1. Pendekatan Terapi Psikologis

  • Terapi Kognitif Perilaku (CBT) adalah terapi yang efektif untuk mengatasi trauma, gangguan kecemasan, dan depresi. Menurut Judith Beck (2021), CBT membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif menjadi lebih adaptif, serta mengelola emosi dengan cara yang sehat. 
  • Trauma-Focused Cognitive Behavioral Therapy (TF-CBT) dirancang untuk anak-anak yang mengalami trauma. Berdasarkan penelitian Cohen et al. (2020), TF-CBT dapat membantu anak memproses pengalaman traumatis, mengembangkan strategi koping, dan memperbaiki hubungan dengan orang tua atau pengasuh. 
  • Terapi Attachment-Based Family Therapy (ABFT) berfokus pada perbaikan hubungan antara anak dan orang tua. Menurut Diamond et al. (2022), terapi ini efektif untuk anak yang mengalami kesulitan emosional akibat hubungan yang rusak dengan orang tua. 

2. Pendekatan Sosial

  • Pendidikan Kesehatan Mental untuk Orang Tua
  • Orang tua perlu diberi edukasi tentang kesehatan mental anak dan dampak pola asuh. Program seperti Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) efektif meningkatkan hubungan emosional dan komunikasi antara orang tua dan anak (Zisser & Eyberg, 2020).  .
  • Dukungan Komunitas dan Sekolah
  • Lingkungan sosial, seperti teman dan guru, memainkan peran penting dalam membangun rasa percaya diri anak. Menurut Juvonen & Espinoza (2021), keterlibatan anak dalam kegiatan organisasi atau kelompok sosial dapat memberikan rasa memiliki dan mendukung perkembangan emosional

3. Pendekatan Medis

  • Obat Psikotropika (Jika Diperlukan)
  • Untuk gangguan kecemasan atau depresi yang parah, penggunaan obat seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dapat membantu. Menurut penelitian Walkup et al. (2021), SSRIs aman digunakan untuk remaja dengan pengawasan ketat.

4. Pencegahan dan Rehabilitasi Jangka Panjang

  • Program Intervensi Dini
  • Intervensi sejak dini dapat mencegah gangguan mental berkembang lebih parah. Menurut Greenberg et al. (2022), program berbasis sekolah seperti MindUP dapat meningkatkan regulasi emosi dan empati pada anak. 
  • Mindfulness-Based Interventions
  • Latihan mindfulness membantu anak mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Kabat-Zinn et al. (2020) menunjukkan bahwa mindfulness efektif untuk mengurangi dampak trauma masa kecil. 

Rekomendasi Praktis :

  • Psikoterapi untuk Anak : Konsultasikan dengan psikolog anak untuk terapi jangka panjang.
  • Pelibatan Orang Tua: Orang tua perlu mengikuti sesi terapi keluarga untuk memperbaiki hubungan.
  • Lingkungan Positif: Berikan ruang bagi anak untuk berkreasi dan belajar di lingkungan yang mendukung.
  • Monitoring Kesehatan Mental: Pantau perkembangan mental anak secara berkala melalui tenaga profesional. 

DAMPAK SETELAH PENANGANAN

Berikut adalah beberapa dampak yang umumnya diharapkan setelah menjalani berbagai terapi :

  • Perbaikan Kesehatan Mental: 

Terapi Psikologis (CBT, TF-CBT, ABFT) dapat membantu anak mengatasi trauma dan stres emosional. Sebagai contoh, menurut Judith Beck (2021), terapi kognitif perilaku (CBT) efektif dalam mengubah pola pikir negatif menjadi lebih adaptif, yang dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Penelitian  Cohen et al. (2020) mengenai Trauma-Focused CBT menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami trauma dapat lebih baik memproses pengalaman traumatis dan membangun mekanisme koping yang sehat. Dengan demikian, anak dapat merasa lebih aman dan lebih mampu mengelola perasaan mereka.

  • Peningkatan Kualitas Hubungan Keluarga :

Terapi Keluarga Berbasis Attachment (ABFT) berfokus pada memperbaiki hubungan emosional antara anak dan orang tua. Diamond et al. (2022) menyatakan bahwa pendekatan ini sangat efektif untuk mengatasi gangguan emosional akibat hubungan yang rusak dengan orang tua. Ketika hubungan antara anak dan orang tua diperbaiki, dinamika keluarga menjadi lebih sehat, yang juga berdampak positif pada perkembangan emosional anak.

  • Meningkatkan Regulasi Emosi dan Keterampilan Sosial :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun