Tiap orang unik, setiap orang memiliki perbedaan individual atau individual differences. Kurang lebih, ini lah salah satu poin yang penting untuk memahami manusia. Poin ini perlu dipegang, karena tanpa sadar dan mungkin seringkali, kita menolak untuk mengetahui perbedaan yang kita dan orang lain miliki. Sebuah pemahaman yang layak untuk terus diasah dan dikembangkan, karena hal ini dapat menjadi poros keterampilan sosial kita di tengah masyarakat yang heterogen.Â
Bagaimana menurutmu?
Tapi yang disayangkan, terkadang kita bingung, apa yang dimaksud dengan konsep individual differences ini.
"Apakah hanya warna kulit? Bentuk mata?"
Yah. Aku juga bingung untuk menjelaskannya. Perihal memahami manusia tak bisa dengan satu artikel atau meringkasnya jadi satu bab saja. Kenapa? Karena manusia begitu kompleks. Memahami dan menerapkan materi kuliahnya di kehidupan nyata saja bisa berlangsung seumur hidup.
---
Kalau kamu menangkap kata "perbedaan"Â sebagai eksistensial fisik seperti mata sipit dan mata belok, itu benar, tapi kurang tepat.
Perbedaan tak hanya yang dapat dideteksi oleh kelima panca indera, tetapi hal yang sifatnya tak terlihat, hanya dapat dirasakan oleh batin ke batin, atau berdasarkan hasil observasi yang bertahun-tahun hingga diperoleh pola keperilakuan.
Pola keperilakuan ini adalah tingkah laku yang menjadi pola dan cenderung berulang.
Misal, orang yang sering mengusap hidung saat gugup, kemungkinan ia akan mengulang usapan hidungnya saat sedang gugup menunggu interviu kerja. Dari sini, kita tau sedikit tentang "membaca bahasa tubuh" yang tak seperti teks di atas kertas, tapi lebih dari itu, kita perlu "memahami."Â Otomatis, tak sesederhana menerjemahkan mengusap hidung selalu identik dengan gugup, kan?
Individual differences yang akan menjadi latar belakang interpretasi bahasa personal tiap manusia itu. Individual differences bisa berasal dari latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, kepribadian yang terbentuk, kecenderungan bersosialisasi, dan sebagainya.
Menarik? Tentu saja! :)
judgmental, apalagi berhak mengkomparasikan diri kita dengan sosok yang (dianggap) lebih sempurna.
Dengan mengetahui individual differences, kita jadi makin memahami, bahwa tidak ada kesempatan bagi seorang pun yang yang dapat menentukan label negatif, pernyataan yangKita ditakdirkan untuk memiliki banyak perbedaan yang tujuannya agar kita saling mengenal dan memahami. Dan pepatah "belajar sepanjang hayat" tak melulu soal pendidikan formal, tetapi belajar memahami manusia yang notabenenya akan terus kita temui sampai akhir hayat nanti.
Semangat memahami hidup! :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H