Mohon tunggu...
Menulislah Kutu Kata
Menulislah Kutu Kata Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Semua masalah atau kasus akan terlihat “sama saja” dan “biasa saja” karena mata hati kita buta, mulut telah dijahit oleh kepentingan-kepentingan, telinga ditulikan karena dirasa tidak menguntungkan. Bersiaplah untuk mengubur hati nurani yang telah mati!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepiring Humor

24 Oktober 2013   21:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari, aku dituntut untuk bisa menghibur orang lain. Sehingga tidak ada waktu lagi untuk menghibur diriku sendiri. Ironis pekerjaan ini. Orang-orang menganggap aku lucu sementara aku menganggap mereka yang menertawakanku adalah menyebalkan.
Mereka berani membayarku mahal hanya untuk mengenyangkan rasa warasnya. Sementara aku, untuk membeli sepiring humor saja, tidak ada yang menjual. Padahal berapapun akan aku bayar kalau memang itu memenuhi selera humorku.

Akibat stroke, kondisi kesehatanku sangat payah. Mulut, tulang pipi dan leherku sudah tidak simetris lagi. Aku tak bisa berkata-kata, cuma bisa senyum dan senyum. Tidak ada orang yang tahu arti dan maksud dari senyumnya.

Hanya aku dan Tuhan saja yang tahu. He he he, Tuhan, kemana-mana ku cari yang menjual sepiring humor ternyata Kau punya selera humor juga. Dengan stroke yang menimpaku aku jadi ingat Kamu. He he he.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun