Beberapa bulan sebelum keberangkatan haji. Calon jamaah haji diharapkan untuk menjaga kebugarannya agar tetap fit saat ibadah haji. Maka olahraga dan olah jiwa secara kontinyu dilakukan.  Ibadah haji merupakan ibadah Napak tilas dari peristiwa dari Nabi Ibrahim dan Istrinya Hajar beserta anaknya Nabi Ismail. Mulai dari Thawaf, sai, selanjutnya kegiatan . Armusna (Arafah Musdalifah dan Mina) berupa Wukuf di Padang Arafah, mabit di Musdalifah dan Mina lalu dilanjutkan dengan melontar jumrah di Mina pula. Jutaan manusia berkumpul untuk beribadah haji mengharus jamaah untuk antri dan saling berdesakan. Dengan kondisi panas terik. Rutinitas berjalan kaki sangat dominan dilakukan dalam ibadah ini. Perjalanan yang panjang membutuhkan fisik yang prima dan kesabaran,keikhlasan. Seperti halnya saat wukuf, sepanjang perjalan dari Makkah ke Arafah dengan menggunakan Bus dan di sana kami menempati tenda dari maktab yang telah ditentukan. Hal menarik saat perjalanan beberapa  jamaah haji dari negara lain lebih banyak menempuhnya dengan berjalan kaki dari Makkah ke Musdalifah dengan jarak kurang lebih 20 km selanjutnya ke. Mina hampir kurang lebih sama jaraknya dan  cuaca 41-48 derajat.
Perjalanan haji tak ubahnya seperti sedang melaksanakan pendidikan dasa (Dikdas) kegiatan alam bebas berupa mendaki gunung dan menempuh rimba. Semasa muda, kami memang aktif dalam
kegiatan  Pencinta Alam di kampus.  Di bekali dengan ilmu pengetahuan  materi yang berhubungan kegiatan tersebut. Namun yang paling terasa adalah kegiatan fisik.
Ibadah haji sekali lagi ibadah yang menggabung unsur fisik dan jiwa secara keseluruhan. Terutama fisik. Lalu  berasumsi bahwa ibadah haji kita ini layaknya pendidikan dasar tentang ke Islaman yang harus terupgrade sebelum berangkat haji. Begitu juga fisik. Sepanjang perjalanan haji, kami banyak menyaksikan kawan-kawan yang harus di evakuasi atau berurusan dengan klinik. Rata-rata jamaah memiliki usia lanjut.
Alhamdulillah, pengalaman di masa muda mendaki gunung menjadi salah satu modal dasar untuk dalam berkegiatan jalan kaki. Namun ibadah haji ternyata jauh lebih membutuhkan kekuatan fisik dan jiwa daripada  mendaki gunung.
Naik haji menempa diri kami untuk kembali ke dasar- dasar kehidupan sebagai manusia yang lemah tak memiliki kekuatan apapun dibandingkan dengan kekuasaan dari sang pencipta. Â
Sepanjang perjalanan, mulai dari Asrama Haji Sudiang Makassar hingga kini. Tak lupa mengabadikan setiap momen penting dalam berhaji. Dengan memanfaatkan gadget berupa HP, jamaah terlihat antusias mengambil dokumentasi foto dan video. Selanjutnya menguploadnya ke sosial media.
Saat upload video atau foto, terjeda dengan memilih dan memilah hal yang pantas untuk di upload. Beberapa masukan sebelum menguplaod  sesuatu. Beberapa masukan yang kemudian kami anggap penting dan menjadi nasihat. Saat meng-upload murnikan hati, pikiran agar yang kita kirim atau share tidak menjadikan hal tersebut bisa merusak nilai ibadah haji yaitu sok pamer alias memperlihatkan kesombongan.
Hal itulah yang membuat hati ini berkecamuk dan berpikir. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah dari perkara yang telah disampaikan. Akhirnya jalan yang terbaik melarutkan diri dengan istigfhar agar dijauhkan dari perkara riya dan Sum'ah. Â .
Maksud dan tujuan untuk share atau upload momen terpenting adalah agar bisa lebih mengetahui satu persatu ritual haji yang telah dilakukan. Dan juga sebagai bentuk instropeksi diri dan evaluasi dari setiap rukun dan wajib haji. Â Selanjutkan hal ini dilakukan sebagai upaya edukasi yang memotivasi orang untuk mau berhaji.
Kegiatan  ini bentuk dari jurnal report atau straight news ibadah haji bagi kami pribadi dan bagi yang melihatnya.
Terakhir salah satu pesan yang paling menyentuh yaitu apapun yang engkau share maupun upload akan menjadi urusanmu denganNYA.karena hanya Allah dan dirimu yang lebih mengetahuinya .
Kegiatan upload and share sebagai bagian dari marketing dakwah untuk mencoba mengajak manusia untuk berbuat kebaikan