Cita-cita menjadi...
Setiap orang memiliki cita-cita
Dibangun dari mimpinya
Dengan melihat, merasa maka angannya mengembang
Bersama cita-citanya hiduppun mengalir
Ada cita-citaÂ
Ada fantasi
Ingin menjadi
Ingin seperti..
Bila kelak dikemudian hari
Ada seius menitihnya dengan kesungguhannya
Dan pula, ada hanya untuk memenuhi relung imanjnasinya
Berjalan terus hingga saatnya tiba..
Cita-citanya pun berbelok
Tak seperti semula
Kandas karena asanya tak sampai
Ketidakmampuan
Kesanggupannya hanya begitu
Mimpinya tak sejalan dengan gairs hidupnya
Ooh cita_citanya
Mengapa tak sama seperti yang dibayangkan
Adakah cita_cita yang sama pada setiap manusia
Tujuan dan tempatnya sama
Dimana semua orang mendambanya
Jawabnya ada
Namun sayang tak semua orang menganggapnya cita_cita
Mengapa?
Mereka memilahÂ
Mana obsesi
Mana angan-angan
Mana tujuan yang harus dipilih
Padahal cita-cita ada pada semuanya
Mereka tahu dan mau
Kelak setelah kehidupannya di dunia
Ada tempat nan indah buat mereka
Tapi betapa sayang
Mereka tak mempersiapkan untuk merraihnya
Cita-cita yang semua menginginkannya
Penghujung tahunÂ
Tragedi kemanusian pun membahana
Dengan tujuan dan ambisi
Tentunya ada cita-cita
Dari mereka yang berhati laIn
Manusia yang berhati bukan manusia
Dengan senyum sumringahÂ
Membumihanguskan tempat yang mulia
Sungguh!!!
Mereka yang disana tak pernah berharap
Rumah-rumahnya luluh lantang
Hancur berkeping -keping
Dan mereka marah dengan tetap tabah
Kini semuanya lebur
NamunÂ
Dengannya cita-citanya terbangun
Bersama orang-orang mulai nan baik
Cita-citanya kolektif
Cita-cita orang-orang Palestina
HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID!!!
Berharap surgaÂ
Zionis menggali cita-cita semunya
Menari-nari dengan senjatanya
Memang mereka adalah bangsa yang bebal
Zaman demi telah membuktikannya
Kelak tempatnya sudah terpatri
sementara ,Kita yang di sini
Hanya bergelut dengan cita-cita dunia yang sebentar
Sementara mereka berlangkah-langkah lebih maju
Dengan tujuan hidupnya yang sangat jelas.
Hidup memang harus bercita-cita
Agar fikrah tergoreskanÂ
Ada ingatan hendak mewujud
Meski akhirnya tak sama
Seperti jua diri ini
Tak pernah bercita-cita menjadi seorang guru
Tapi akhirnya mewujud menjadi seperti Ibuku
Seorang guru
Membersamainya merupakan Takdir Allah yang terindah
Hingga akhir goresan pena ini
Mewujud pulaÂ
Keinginan untuk berpuisi yang hanya bertutut saja
Meski diksinya tak seelok dengan larik syair nan indah
 Hanya sekedar mengisi waktu dari beberapa bulan menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H