Bunuh diri namun sebelumnya membunuh anak-anaknya tercinta. Kasus demi kasus bunuh diri kian hari kerap hadir ditengah-tengah kehidupan kita. Jumlahnya pun kian bertambah. Mengapa hal demikian bisa terjadi???.Â
Merosotnya keimanan dan tata hidup yang tidak bersandar kepada sang pencipta hingga hilangnya kesadaran akan hak hidup atas dirinya. Masalah kejiwaan yang sesungguhnya berasal dari diri mereka sendiri disamping juga pada lingkungannya.
Maka disinilah pentingnya untuk bersosialisasi, bergaul dan mencari kesibukan positif serta selalu berbagi dalam suka dan duka kepada orang-orang yang baik.  Dan juga saling menasehati untuk sebuah perbaikan dan perubahan. Memang di era kekinian sangat dibutuhkan trauma healing untuk pemulihan emosi atas beban masalah yang dihadapi.Â
Semisal memperbanyak istighfar serta mempererat silaturrahim,berkumpul dengan orang-orang yang baik dan saling memberi motivasi hidup dan yang paling terpenting menjaga ibadah dan  berserah diri kepada sang Ilahi. padaNYA-lah tempat curhat yang terbaik serta meminta ampunan dan pertolongannya.
Bagi kita yang masih bernafas ini, mari mengambil hikmah atas kejadian maraknya bunuh diri. Bunuh diri bukanlah solusi malah menjadi masalah kemanusiaan yang sungguh tragis.
Selanjutnya jauhkan sifat yang hanya mementingkan diri sendiri dengan berprinsip " saya, saya, kau,kau". Prinsip yang saling tidak mempedulikan satu sama lain. Teringat di era Orde baru yang menggalakkan semangat gotong royong, tepo seliro yang memperkokoh persaudaraan.
 Di era itu isu-isu sara sangat gencar disebarkan namun bisa dilalui dengan semangat -seamangat itu. Meskipun munhgkin di era itu ada juga yang bunuh diri. Akan tetapi itulah upaya yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H