Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanamkan Ide Horor pada Anak

9 Agustus 2022   12:38 Diperbarui: 10 Agustus 2022   07:01 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.com/

Melihat sesuatu atau menonton sebuah peristiwa yang memanjakan mata, mengaduk pikiran dan membiarkan fantasi lepas. Nonton film adalah salah satu medianya. Menonton film menjelma menjadi sebuah kebutuhan 'sekunder' pada masa kekinian oleh masyarakat yang berlabel modern. 

Beragam motivasi dari maksud dan tujuan menonton film. Prestise, sensasi, hiburan dan edukasi. Genre film yang ditonton pun menawarkan variannya. Action, romantis, petualangan, horor, sains  dan yang bergenre ilegal yaitu porno dan film terlarang untuk beredar.

Pilihan rasa ibarat makanan dan minuman yang menawarkan menu hidangannya. Aktifitas menonton diminati oleh kalangan tua, muda maupun anak-anak.  Media untuk menonton pun semakin berkembang pesat. Melalui media, televisi, internet maupun bioskop. Bioskop salah satu media yang cukup tua namun masih memiliki peminat yang banyak. Mungkin ini disebabkan oleh sensasi yang ditimbulkan karena gambarnya besar seolah terlihat jelas dan dengan jumlah mata yang menonton banyak serta suara yang menggelegar. Padahal untuk menghadirkan suasana bioskop ke dalam rumah bisa dengan mini theater. 

Bioskop merupakan salah satu media entertain marketing dalam perfilman. Anak-anak salah satu pangsa pasar yang signifikan. Usia yang haus akan hiburan serta rasa ingin tahu yang antusias. 

Suguhan film pun memenuhi ranah fantasi mereka. Namun ketika film yang dipilih itu tidak bersesuaian dengan usia dan perkembangannya. Inilah yang menjadi problem yang harus disikapi dengan seksama. Apalagi ketika mereka terlihat antri di depan loket bioskop untuk menonton film, misalnya film horor. 

Film yang memberikan sensasi ketegangan dan rasa takut hingga imajinasi kengerian merasuk para penontonnya. Kehadiran anak-anak di bioskop tidak serta merta hadir dengan sendirinya. 

Biasanya mereka hadir bersama kawan-kawannya atau orang dewasa dalam hal ini orang tuanya. Fenomena masyarakat modern mengenalkan 'ruang publik hiburan' sebagai bagian dari gaya hidup. 

Film horor, film yang secara sistematis mengaktifkan kengerian ketakutan dalam satu waktu sebagai nilai jual  dari film horor tersebut.  Film horor adalah hiburan sesaat yang mengaduk adrenaline penontonnya dan memberi stigma bahwa dalam  hidup hal yang mengerikan dan menakutkan bagian dari kehidupan yang nyata. 

Konsumsi pikiran masyarakat Indonesia yang kian viral mewarnai dunia perfilman Indonesia. Mengadopsi kisah horor yang melegenda. Kisah yang hidup dari masa ke masa divisualisasikan.  

Pantas tak pantasnya sebuah tontonan pada anak, haruslah memiliki batasan untuk menonton hal-hal yang baik dan positif sesuai tingkatan umur dan konsumsi pikir dan psikisnya. 

Kecerdasan orang tua dalam mendidik dan mengarahkan sangat diperlukan.  Menanamkan rasa pada setiap aspek kehidupan akan menjadi bekal sang anak untuk mengarungi hidupnya kelak. 

Dengan mengajak sang anak menonton film horor dibioskop yang bertujuan hiburan semata namun tak kita sadari telah menanamkan ide-ide horor pada anak. Karena apa yang mereka lihat dan rasakan akan terekam pada memori mereka. 

Gagasan solusi cerdas adalah menerapkan budaya sensor mandiri. Kerjasama pemerintah, orang tua dan tentunya pihak bioskop harus bersinergi agar anak-anak lebih terarah dan selektif dalam memilih tontonan. Bukan hanya genre horor tapi yang sifatnya tidak edukatif dan melanggar norma agama dan etika.

Setelah menyaksikan film horor, semoga anak-anak tidak membawanya ke dalam mimpi dan tidak menjadi sosok penakut meski hanya ingin ke toliet membuang hajatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun